Saturday, February 2, 2008

Aneka Kalender

Artikel pada Harian PIKIRAN RAKYAT
Sabtu 2 Februari 2008:


MENGENAL ANEKA KALENDER

oleh
IRFAN ANSHORY




PADA kalender 2008 terdapat lima hari libur yang berhubungan dengan tahun baru, yaitu Tahun Baru Masehi 1 Januari, Tahun Baru Hijriyah 10 Januari dan 29 Desember, Tahun Baru Imlek 7 Februari, dan Tahun Baru Saka 7 Maret. Pada harian “Pikiran Rakyat” kita pernah membahas kalender Hijriyah (edisi 27 dan 28 Januari 2006) dan kalender Masehi (edisi 30 Desember 2006). Kini kita akan membahas kalender Imlek, kalender Saka, dan beberapa jenis kalender lain.


Kalender Imlek

Kalender Imlek (artinya “tahun bulan” atau tarikh qamariyah) yang dipakai masyarakat Tionghoa diciptakan oleh Kaisar Shih Huang Ti (247-210 SM) dari Dinasti Chin. Kaisar inilah yang mempelopori pembangunan Tembok Besar (Great Wall), dan dari nama dinasti Chin ini muncul nama “China”.

Perhitungan angka tahun kalender Imlek dimulai sejak 551 SM, saat Kung Fu-tzu (Confucius) dilahirkan. Tahun baru (Xin Nian) terjadi pada musim dingin ketika matahari pada “Rasi Buaya” (identik dengan Capricornus) antara 21 Januari sampai 19 Februari. Awal setiap bulan adalah saat konjungsi (ijtima’), sehingga tanggal kalender Imlek umumnya lebih dahulu satu hari (kadang-kadang dua hari) dari tanggal kalender Hijriyah yang diawali oleh munculnya hilal.

Kalender Imlek mempunyai siklus 12 tahun yang ditandai dengan nama-nama hewan: tikus (shu), kerbau (niu), harimau (hu), kelinci (tu), naga (liong), ular (she), kuda (ma), kambing (yang), monyet (hou), ayam (chi), anjing (kou), dan babi (chu). Agar sesuai kembali dengan matahari, tahun-tahun kerbau, naga, kambing dan anjing mempunyai bulan interkalasi, sehingga satu tahunnya 13 bulan (384 hari). Dua belas hewan ini secara bergiliran dipengaruhi oleh lima “unsur”: tanah, logam, air, kayu, dan api. Masing-masing unsur akan berpengaruh selama dua tahun. Dengan demikian, kombinasi suatu unsur dengan hewan tertentu akan berulang setiap siklus besar 60 tahun.

Pada perayaan tahun baru Imlek, orang-orang Tionghoa saling mengucapkan gong xi, fa chai (Selamat, semoga beruntung!). Warna merah (ang) mendominasi, mulai dari pakaian dan hiasan berwarna merah sampai kepada pemberian hadiah uang kepada anak-anak dalam amplop merah. Warna merah melambangkan api yang konon kabarnya dapat mengusir nasib buruk.

Tahun baru Tikus-Tanah (Earth-Rat) 2559, yang merupakan awal siklus 12 tahun dan siklus besar 60 tahun, jatuh pada tanggal 7 Februari 2008. Tahun-tahun berikutnya adalah Kerbau-Tanah 2560 (26 Januari 2009), Harimau-Logam 2561 (14 Februari 2010), Kelinci-Logam 2562 (3 Februari 2011), Naga-Air 2563 (23 Januari 2012), Ular-Air 2564 (10 Februari 2013), Kuda-Kayu 2565 (31 Januari 2014), dan seterusnya.


Kalender Saka

Kalender Saka dimulai tahun 78 Masehi ketika kota Ujjayini (Malwa di India sekarang) direbut oleh kaum Saka (Scythia) di bawah pimpinan Maharaja Kaniska dari tangan kaum Satavahana. Fakta sejarah ini perlu ditegaskan, sebab banyak orang Jawa dan Sunda yang masih percaya pada dongeng Raja Aji Saka yang menciptakan kalender Saka serta huruf ha-na-ca-ra-ka.

Tahun baru kalender Saka terjadi pada saat Minasamkranti (matahari pada rasi Pisces) awal musim semi. Nama-nama bulan adalah Caitra, Waisaka, Jyestha, Asadha, Srawana, Bhadrawada, Aswina (Asuji), Kartika, Margasira, Posya, Magha, Phalguna. Agar sesuai kembali dengan matahari, bulan Asadha dan Srawana diulang secara bergiliran setiap tiga tahun dengan nama Dwitiya Asadha dan Dwitiya Srawana.

Seperti kalender Imlek, awal setiap bulan adalah saat konjungsi, sehingga tanggal kalender Saka umumnya juga lebih dahulu sehari dari tanggal kalender Hijriyah. Setiap bulan dibagi menjadi dua bagian yaitu suklapaksa (“sayap terang”, dari konjungsi sampai purnama) dan kresnapaksa (“sayap gelap”, dari selepas purnama sampai menjelang konjungsi). Masing-masing bagian berjumlah 15 atau 14 hari (tithi). Jadi kalender Saka tidak mempunyai tanggal 16. Misalnya, tithi pancami suklapaksa adalah tanggal lima, sedangkan tithi pancami kresnapaksa adalah tanggal dua puluh.

Konsep sunya (kosong) dalam ajaran Hindu mendasari kalender Saka untuk menghitung tahun dari Nol. Tanggal 1 Caitra tahun Nol bertepatan dengan tanggal 14 Maret 78. Tahun baru 1 Caitra 1930 jatuh pada tanggal 7 Maret 2008. Kita di Indonesia mengenal tahun baru Saka sebagai Hari Raya Nyepi.

Kalender Saka dipakai di Jawa sampai awal abad ke-17. Kesultanan Demak, Banten, dan Mataram menggunakan kalender Saka dan kalender Hijriyah secara bersama-sama. Pada tahun 1633 Masehi (1555 Saka atau 1043 Hijriyah), Sultan Agung (1613-1645) dari Mataram menghapuskan kalender Saka, lalu menciptakan Kalender Jawa yang identik dengan kalender Hijriyah. Namun bilangan tahun 1555 tetap dilanjutkan. Jadi 1 Muharram 1043 Hijriyah adalah 1 Muharam 1555 Jawa, yang jatuh pada 8 Juli 1633. Muharram dijuluki bulan Sura, sebab mengandung Hari Asyura 10 Muharram. Angka tahun Jawa selalu berselisih 512 dari angka tahun Hijriyah. Keputusan Sultan Agung ini diikuti oleh Sultan Abul-Mafakhir Mahmud Abdulkadir (1596-1651) dari Banten. Dengan demikian kalender Saka tamat riwayatnya di seluruh Jawa, dan digantikan oleh kalender Hijriyah-Jawa yang bercorak Islam dan tidak lagi berbau Hindu atau budaya India.

Tetapi anehnya, masih banyak orang Jawa dan Sunda yang menganggap kalender Hijriyah-Jawa sebagai kalender Saka. Seperti diberitakan “Pikiran Rakyat” 11 Januari 2008, di Leuwigajah, Cimahi, terdapat upacara adat “Ngemban Taun 1 Sura 1941 Saka”. Sudah tentu anggapan yang salah ini perlu diluruskan. Tahun Baru 1 Sura 1941 adalah kalender Hijriyah-Jawa yang identik dengan 1 Muharram 1429, dan sama sekali bukanlah kalender Saka yang tahun barunya (1 Caitra 1930) akan jatuh pada 7 Maret 2008.

Di daratan Asia Tenggara, dari Myanmar sampai Vietnam, berlaku kalender Buddha yang menghitung tahun dari 544 SM, tahun Siddharta Gautama dilahirkan. Sistem kalendernya sama dengan kalender Saka. Tahun baru 2552 jatuh pada tanggal 7 Maret 2008. Tetapi tanggal yang dimuliakan umat Buddha bukanlah tahun baru, melainkan malam purnama bulan saat kelahiran dan pencerahan Sang Buddha. Itulah Hari Raya Waisak yang tahun ini jatuh pada tanggal 20 Mei 2008.


Kalender Yahudi

Umat Yahudi menggunakan kalender Anno Mundi (Tahun Dunia) yang memulai perhitungan tahun sejak 3760 SM, tahun penciptaan langit dan bumi (Genesis) menurut keyakinan umat Yahudi. Tahun baru (rosh ha-shanah = “kepala tahun”) terjadi pada awal musim gugur (September atau Oktober). Sama dengan kalender Hijriyah, awal bulan ditandai oleh munculnya hilal.

Nama-nama bulan adalah Tishri, Heshvan, Kislev, Tebet, Shebat, Adar, Nisan, Iyyar, Sivan, Tammuz, Ab, Elul. Agar sesuai kembali dengan matahari, setiap tiga tahun ditambahkan bulan interkalasi sesudah Adar yang dinamai Adar Sheni (Adar kedua). Kini kita berada dalam tahun 5767 Anno Mundi. Tahun baru 1 Tishri 5768 akan jatuh pada tanggal 1 Oktober 2008, bertepatan dengan 1 Syawwal 1429 Hijriyah.

Hari Raya terpenting bagi umat Yahudi adalah Pesakh atau Paskah (artinya “lewat; bebas”), yaitu tanggal 14 Nisan, hari pembebasan Bani Israil yang dipimpin Nabi Musa a.s. dari perbudakan Fir`aun di Mesir selama ratusan tahun. Pada hari Paskah 14 Nisan, yang jatuh pada tanggal 20 April 2008, umat Yahudi dianjurkan menyembelih hewan qurban berupa domba.

Umat Nasrani juga merayakan Paskah, tetapi dengan makna yang berbeda, yaitu pembebasan manusia dari dosa. Mereka tidak menyembelih domba, sebab Nabi Isa al-Masih a.s. dianggap sebagai “domba Paskah” yang sudah dikorbankan. Pada mulanya Paskah umat Nasrani sama dengan umat Yahudi, yaitu tanggal 14 Nisan. Sejak tahun 325, melalui sidang Konsili di Nikea (Iznik di Turki sekarang), hari Paskah disesuaikan dengan perayaan Easter Sunday warisan kepercayaan kafir Romawi purba, yaitu pada hari Minggu sesudah purnama selepas vernal equinox (awal musim semi 21 Maret). Itulah sebabnya Paskah umat Nasrani tahun ini jatuh pada tanggal 23 Maret 2008.


Kalender Jepang

Kalender Jepang merupakan kalender solar yang dimulai tahun 660 SM, tatkala kaisar pertama, Jimmu Tenno, naik tahta. Pada mulanya tahun baru (Oshogatsu) jatuh pada awal musim semi. Ketika Jepang memasuki era modernisasi pada masa Kaisar Meiji Mutsuhito (1868-1912), mereka meniru segala yang berbau Eropa, termasuk menyesuaikan kalender Jepang dengan kalender Gregorian (Masehi). Kaisar Meiji menetapkan bahwa 1 Januari 1873 Masehi adalah 1 Januari 2533 Jepang. Sejak itu kalender Jepang identik dengan kalender Masehi, hanya angka tahunnya yang berbeda.

Suatu periode beralih ke periode yang lain pada saat pergantian kaisar. Masa Kaisar Hirohito (1926-1988 Masehi atau 2586-2648 Jepang) adalah periode Showa (“kepeloporan”). Sejak Januari 1989 (2649 Jepang) ketika Kaisar Akihito naik tahta, bangsa Jepang memasuki periode Heisei (“kesejahteraan”). Kini kita memasuki tahun 2668 Jepang atau tahun ke-20 periode Heisei.

Mengapa kita perlu memahami kalender Jepang? Sebab kalender ini pernah berlaku di Indonesia pada masa pendudukan Jepang 1942-1945 Masehi (2602-2605 Jepang). Contohnya, buku Kamoes Soenda-Melajoe susunan R. Satjadibrata diterbitkan oleh Balai Poestaka, Djakarta, 2604. Tahun Jepang ini identik dengan 1944 Masehi. Dalam naskah proklamasi kemerdekaan yang ditandatangani Sukarno dan Hatta tertulis “hari 17 boelan 8 tahoen 05”. Angka 05 bukanlah karena Sayuti Melik salah ketik. Hari kemerdekaan bangsa dan negara kita memang jatuh pada tanggal 17 Agustus 2605 Jepang (1945 Masehi).***

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home