Komet dalam Al-Qur'an
oleh
IRFAN ANSHORY
SALAH SATU PERBEDAAN antara Surat-surat Makkiyah (yang diwahyukan di Makkah) dan Surat-surat Madaniyah (yang diwahyukan di Madinah) adalah bahwa pada Surat-surat Makkiyah Allah sering bersumpah dengan berbagai fenomena alam ciptaan-Nya, agar manusia benar-benar memperhatikan atau menalari secara serius hal-hal yang disumpahkan Allah itu.
Kalimat sumpah itu diawali oleh kata wa (“demi”) yang terdapat pada 17 Surat (37, 51, 52, 53, 68, 74, 77, 79, 85, 86, 89, 91, 92, 93, 95, 100, 103), dan kata laa uqsimu (“tidak, Aku bersumpah”) yang terdapat pada tujuh Surat (56, 69, 70, 75, 81, 84, 90). Selain dengan fenomena alam, Allah juga bersumpah dengan Kitab Al-Qur’an pada lima Surat (36, 38, 43, 44, 50).
Dalam artikel singkat ini, kita mencoba menalari suatu benda langit yang disebut ath-thaariq, sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT pada tiga ayat pertama dalam Surat Ath-Thaariq (Juz `Ammaa Surat ke-86).
Wa s-samaa’i wa th-thaariq (ayat 1). Terjemahan harfiahnya: “Demi langit, demi ath-thaariq.” Allah SWT bersumpah dengan langit (as-samaa’) serta dengan suatu benda langit yang disebut ath-thaariq. Istilah ini berasal dari kata kerja tharaqa yang artinya “mengetuk”, satu akar kata dengan thariiq (“jalan; tempat kaki mengetuk”) dan mithraq (“palu; alat pengetuk”).
Dalam bahasa Arab sehari-hari, istilah thaariq digunakan untuk menyebut tamu yang jarang muncul dan tiba-tiba datang di malam hari, seperti kata Prof. Dr. Hamka dalam Tafsir Al-Azhar Juz 30, “orang yang mengetuk pintu tengah malam agak keras, supaya yang empunya rumah lekas bangun, karena dia membawa berita penting”, atau seperti penjelasan Prof. Dr. Muhammad Asad dari Austria dalam tafsirnya The Message of the Qur’an (“Pesan Al-Qur’an”), “a person who comes to a house by night to knock at the door”.
Dengan demikian jelaslah bahwa ath-thaariq dalam ayat ini adalah benda langit yang langka kehadirannya. Tidak setiap malam kita dapat menyaksikannya di langit, sebab dia datang sewaktu-waktu atau secara periodik. Benda langit yang seperti itu tiada lain adalah komet, yang oleh nenek moyang kita disebut “bintang berekor”.
Mohammed Marmaduke Pickthall, ulama Muslim berkebangsaan Inggris, dalam terjemahan Al-Qur’an The Meaning of the Glorious Koran, ketika membahas Surat at-Thaariq mengatakan: Some have thought that it refers to a comet which alarmed the East about the time of the Prophet’s call. Others believe that this and other introductory verses, hard to elucidate, hide scientific facts unimagined at the period of revelation. (“Beberapa penafsir berpendapat bahwa at-thaariq merujuk kepada sebuah komet yang menggemparkan Dunia Timur semasa dakwah Nabi. Para penafsir lain meyakini bahwa ayat ini dan beberapa ayat pembuka dalam Surat lainnya, yang sukar untuk dijelaskan, menyembunyikan fakta-fakta ilmiah yang tidak terbayangkan pada periode turunnya wahyu”).
Wa maa adraaka maa th-thaariq? (ayat 2). Terjemahan harfiahnya: “Dan apakah yang membuatmu tahu tentang ath-thaariq?”. Sering juga diterjemahkan secara bebas: “Tahukah kamu apakah ath-thaariq itu?” Allah menggunakan kalimat wa maa adraaka (“tahukah kamu”) hanya dalam sepuluh Surat (69, 74, 77, 82, 83, 86, 90, 97, 101, 104) untuk mempertegas istilah-istilah yang unik. Biasanya wa maa adraaka digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan hari kiamat (yaumud-diin, yaumul-fashl, haqqah, qaari`ah) atau azab neraka (saqar, sijjiin, haawiyah, huthamah) atau sesuatu yang misteri seperti lailatul-qadr.
Satu-satunya benda langit yang dijelaskan dengan wa maa adraaka hanyalah thaariq. Hal ini memperkuat penalaran kita bahwa thaariq adalah benda langit yang “tidak biasa” atau “jarang datang”, yaitu komet yang muncul sekali dalam puluhan atau ratusan tahun. Benda-benda langit yang lain, seperti matahari (syams), bulan (qamar), bintang (najm), gugus bintang (buruuj) dan planet (kaukab), tidak pernah diterangkan dengan wa maa adraaka sebab istilah-istilah itu sudah jelas maknanya dan bendanya dapat kita saksikan setiap waktu.
Identifikasi benda langit thaariq dengan komet ditunjang oleh data astronomi. Ketika Surat Ath-Thaariq diwahyukan Allah pada tahun kedelapan masa kenabian atau tahun 618 Masehi, pada tahun itu muncul komet besar yang termasyhur dalam sejarah, yaitu apa yang sekarang kita namakan Komet Halley, sebab periode kedatangan komet ini pertama kali diteliti oleh ahli astronomi Inggris, Edmond Halley (1656–1742).
Komet Halley datang rata-rata 76 tahun sekali, dan tahun kedatangannya ternyata dicatat oleh berbagai bangsa sepanjang zaman. Data astronomi telah merekam kehadirannya mulai tahun 390 sampai 1986 Masehi. Inilah tahun-tahun kedatangan Komet Halley: 390, 467, 542, 618 (zaman Nabi), 695, 772, 847, 923, 998, 1074, 1151, 1226, 1302, 1379, 1456, 1531, 1607, 1682 (zaman Halley), 1758, 1835, 1910, 1986 (mungkin Anda menyaksikannya), dan Insya Allah kelak akan muncul kembali tahun 2061 atau 2062 Masehi.
An-najmu ts-tsaaqib (ayat 3). Terjemahan harfiahnya: “Benda langit yang melubangi.” Benda-benda langit selain matahari dan bulan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah umum najm (jamak atau pluralnya nujuum), berasal dari kata kerja najama yang artinya “muncul kecil-kecil secara berserakan”. Itulah sebabnya istilah najm dapat juga berarti “rerumputan” yang berserakan di permukaan bumi, seperti pada Surat Ar-Rahmaan ayat 6: wa n-najmu wa sy-syajaru yasjudaan (“Rerumputan dan pepohonan kedua-duanya bersujud kepada Allah”). Dalam kebanyakan ayat-ayat Al-Qur’an, kata najm tepat diterjemahkan “bintang”, tetapi dalam Surat Ath-Thaariq ini kita terjemahkan dengan istilah umum “benda langit”.
Adapun kata tsaaqib berasal dari kata kerja tsaqaba yang artinya “melubangi”, satu akar kata dengan tsuqbah (“lubang”), mitsqab (“bor, alat melubangi”) dan tsaaqibaat (“hewan pelubang” atau ordo Rodentia dalam biologi). Jadi tsaaqib berarti “sesuatu yang melubangi”.
Informasi Allah dalam ayat 3 ini makin memperkuat penafsiran kita bahwa ath-thaariq memang ternyata komet. Sebagaimana dipelajari dalam ilmu astronomi, komet adalah benda langit yang diameternya puluhan kilometer, tersusun dari campuran es (air padat) yang bercampur dengan kotoran debu. Itulah sebabnya komet-komet dijuluki dirty snowballs. Mereka mengelilingi matahari seperti planet-planet tetapi orbitnya berbentuk ellips yang sangat jauh, sehingga komet-komet ini muncul sekali dalam puluhan atau ratusan tahun.
Ketika sebuah komet mendekati matahari, panas matahari mencairkan dan menguapkan material es, membentuk “ekor” atau “rambut” berukuran ribuan kilometer yang tampak dari bumi. Itulah sebabnya benda langit ini dinamai komet, berasal dari kata Yunani, coma, yang berarti “rambut”. (Tanda baca ‘koma’ adalah ‘titik yang diberi rambut’. Jangan dikacaukan dengan coma bahasa Latin yang berarti ‘tidur’!). Kini diketahui bahwa pada tapal batas tatasurya terdapat “sarang komet” yang disebut Oort Cloud, dari nama astronom Belanda Jan Hendrik Oort (1900–1992), dan diperkirakan mengandung ribuan komet.
Pada proses pembentukan tatasurya (solar system), komet-komet membombardir atau melubangi permukaan planet-planet bertanah (terrestrial planets) yang dekat dengan matahari, termasuk bumi, menyumbangkan air yang merupakan syarat mutlak adanya kehidupan. Di antara planet-planet penerima air itu, hanya planet bumi yang mampu menjaga air dalam wujud cairan. Venus terlalu panas sehingga air menguap, sedangkan Mars terlalu dingin sehingga air membeku. Tanpa proses pelubangan dari komet-komet, bumi kita tidak mempunyai air!
Penelitian terhadap spektrum-spektrum yang dipancarkan oleh Komet Halley (1986), Komet Shoemaker-Levy (1994), Komet Hyakutake (1996), Komet Hale-Bopp (1997), Komet Wild-2 (2000) dan Komet Borrelly (2001) menunjukkan bahwa perbandingan isotop hidrogen dan deuterium pada H2O air laut ternyata sama persis dengan pada H2O komet-komet tersebut. Fakta ini merupakan bukti kimiawi bahwa air di bumi memang berasal dari komet!
Jadi komet-komet dikirimkan Allah SWT untuk membawa materi paling berharga sebagai syarat kehidupan kepada planet bumi, yaitu air. Adanya air menyebabkan bumi merupakan satu-satunya komponen tatasurya yang layak untuk tempat berkembangnya makhluk hidup. Tanpa adanya air, kehidupan di muka bumi mustahil terjadi.
Dr. Isaac Asimov, dalam bukunya Frontiers: New Discoveries about Man and His Planet, Outer Space and the Universe (Mandarin Paperbacks, London, 1991, hal.219), mengatakan: In the early times of the solar system, there were a large number of collisions between comets and the planetary bodies. The Earth was hot and dry to begin with, and cometary collisions have supplied us with much of our ocean and atmosphere. All this we can now reason out as a result of the close study of Halley’s comet in 1986. (“Pada masa-masa dini tatasurya, terdapat sejumlah besar perbenturan antara komet-komet dan planet-planet. Bumi panas dan kering pada mulanya, dan perbenturan-perbenturan dengan komet telah menyuplai kita dengan sebagian besar samudera dan atmosfer. Semua ini baru sekarang dapat kita kemukakan sebagai hasil dari studi jarak dekat terhadap komet Halley pada tahun 1986”).
Dr. Molly Bloomfield, dalam bukunya Chemistry and the Living Organism (John Wiley & Sons, New York, 1996, hal. 270), menerangkan: Over 100,000 comets had collided with the Earth during its first billion years, brought water to the Earth’s surface. (“Lebih dari 100.000 komet telah berbenturan dengan Bumi selama semiliar tahun pertamanya, membawa air ke permukaan Bumi”).
Dr. Timothy Ferris, dalam bukunya The Whole Shebang: A State-of-the-Universe Report (Simon and Schuster, New York, 1997, hal.176), menegaskan: We owe our existence to Earth’s bombardment by the icy comets abounded in the infant solar system. Primordial comets have formed the oceans and rained down the amino acids from which life originated here. Evidence for cometary cornucopias of life-brewing water and amino acids may be found in the spectra of modern comets .... Had comets not ferried ice to Earth, we might have had no oceans. And without organic molecules contributed by the comets, Earth might have remained devoid of life. (“Kita berhutang eksistensi kita kepada pembombardiran Bumi oleh komet-komet es yang berlimpah ketika tatasurya masih dalam usia muda. Komet-komet purba telah membentuk samudera-samudera dan mencurahkan asam-asam amino yang mengawali kehidupan di sini. Bukti bahwa air dan asam-asam amino pembuat kehidupan bersumber pada komet dapat ditemukan pada berbagai spektrum komet-komet modern .… Seandainya komet-komet tidak mengangkut es ke Bumi, mungkin kita tidak mempunyai samudera. Dan tanpa molekul-molekul organik yang disumbangkan komet-komet, Bumi mungkin tetap kosong dari kehidupan”).
Sungguh Maha Benar Allah yang berulangkali menegaskan dalam Al-Qur’an nazzalnaa mina s-samaa’i maa’ (“Kami telah menurunkan air dari langit”), sebab air di bumi ini memang berasal dari langit, yaitu sumbangan dari komet (thaariq) yang merupakan “benda langit yang melubangi” (an-najmu ts-tsaaqib).
Shadaqa l-Laahu l-`azhiim.***
Tafsir Surat Ath-Thariq secara lengkap dapat dilihat pada bagian lain blog ini.