Friday, April 20, 2007

Resensi Buku di Majalah TEMPO

Kumpulan Resensi Buku di Majalah TEMPO
oleh Nia Kurnia Sholihat Irfan:

TEMPO, 21 Juni 1980

BULAN SABIT DAN MATAHARI TERBIT:
ISLAM INDONESIA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG
Harry Jundrich Benda (terjemahan Daniel Dhakidae)
Pustaka Jaya, Jakarta, 1980, 344 halaman

SEJARAH Islam Indonesia relatif tidak mendapat perhatian, bahkan tidak jarang para sarjana memberikan tempat lebih kecil kepada gerakan-gerakan Islam dalam pertumbuhan nasionalisme Indonesia. Demikian konstatasi Prof. Dr. Harry Jundrich Benda dalam pengantar bukunya The Crescent and the Rising Sun: Indonesian Islam under the Japanese Occupation 1942-1945 (The Hague, 1958), yang terjemahannya kini kita bicarakan.

Prof.Benda yang wafat tahun 1972 pada akhir hayatnya menjabat Guru Besar Sejarah Asia Tenggara di Universitas Yale, Amerika Serikat. Karyanya ini merupakan sumbangan sangat berharga bagi penulisan sejarah Indonesia terutama periode mutakhir. Bagian Pertama, "Warisan Kolonial" (tiga bab), merupakan uraian situasi Indonesia, khususnya umat Islam, pada masa-masa terakhir kekuasaan Belanda. Pokok permasalahan diuraikan pada Bagian Kedua, "Pendudukan Jepang" (lima bab).

Dalam Bab Satu, "Dasar-dasar Politik Belanda terhadap Islam", Prof.Benda mengklasifikasi masyarakat Islam Indonesia dalam tiga kelompok yang disarankan Clifford Geertz dalam buku The Religion of Java (Chicago, 1955), yaitu abangan, priyayi, dan santri. Dia juga menguraikan ulasan politik Belanda terhadap Islam yang dirumuskan Christiaan Snouck Hurgronye. Meskipun klasifikasi Geertz mengandung kelemahan dan mengundang kritik (antara lain Harsya Wardana Bachtiar, “The Religion of Java: A Commentary”, dalam Majalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia, V(1), 1973), kenyataannya kelompok priyayi perlu ditinjau secara khusus, setidak-tidaknya dalam pembahasan mengenai pandangan Snouck tentang Islam. Snouck merekomendasikan bahwa untuk mengalahkan pengaruh Islam di Indonesia, kaum priyayi harus diberi pendidikan Barat, sehingga terjauhkan dari agamanya (geemancipeerd van het Islam stelsel).

Prof.Benda melukiskan pembagian Islam oleh Snouck menurut dua aspek yang dapat dipisahkan: Islam religius dan Islam politik (h. 44). Sebenarnya Snouck melihat Islam memiliki tiga aspek: sebagai religi (godsdienstig), sebagai sistem sosial kemasyarakatan (maatschappelijk), dan sebagai sistem kenegaraan (staatkundig). Dalam rekomendasinya kepada pemerintah Belanda Snouck menyarankan agar terhadap yang pertama pemerintah bersikap netral dan jangan ikut campur. Terhadap yang kedua, pemerintah memberikan kelonggaran, malahan jika perlu dibantu sebagai upaya ‘mengambil hati umat Islam’. Tetapi terhadap yang ketiga, Snouck mengharap pemerintah jangan sekali-kali memberikan toleransi dan harus selalu siaga untuk menumpasnya. Kenyataannya, buah fikiran Snouck ini turut mewarnai garis politik kolonial baru yang dikenal dengan ‘politik etis’.

Pemisahan yang dilakukan Snouck antara agama dan politik dalam Islam, menurut Prof. Benda tidak realistis, bahkan tidak mencerminkan sifat universal agama ini. Pemisahan agama dan politik, kata Prof. Benda, hanya merupakan fenomena sementara Islam dalam masa kemerosotannya. Dalam masa kesadaran Islam hal itu tak dapat berlangsung lama (hh. 50-51).

Ketidaktepatan tafsiran Snouck itu dijelaskan dalam Bab Dua, "Renesans Islam Indonesia". Pengarang menguraikan kebangkitan Islam yang dinamis, sehingga pada awal abad ke-20 Islam Indonesia tumbuh lebih luas daripada batasan abad ke-19 yang menjadi dasar analisis dan rekomendasi Snouck. Gema pemikiran para reformis Islam di Timur Tengah, seperti Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh, terwujud di Indonesia dalam bentuk organisasi Sarekat Islam dan Muhammadiyah. Pada gilirannya gerakan-gerakan reformis ini menimbulkan reaksi baru dalam bentuk kebangunan kaum tradisionalis yang dipelopori Nahdatul Ulama.

Sesungguhnya sejak tahun 1930-an sudah muncul peringatan-peringatan terhadap politik Belanda. Misalnya Prof. George Henri Bousquet dari Perancis, yang menilai pemerintah Belanda terlalu lemah menghadapi Islam dan meremehkan ‘bahaya politik’ yang dikandung gerakan sosio-religius seperti Muhammadiyah (lihat: M. Natsir, “Oleh-oleh dari Algiers”, Capita Selecta, Vol.1, 1955). Namun api telah terlalu menjalar sehingga sukar dipadamkan. “Kekurangpahaman tentang gerakan pembaharuan Islam menyebabkan politik pemerintah Hindia Belanda terhadap Islam menjadi impoten,” komentar Prof. Dr. W. F. Wertheim yang turut memberikan Kata Pengantar dalam buku Prof. Benda ini. Juga perlu kita garisbawahi bahwa Jong Islamieten Bond yang didirikan H. Agus Salim dan kawan-kawannya tahun 1925 memberikan fenomena baru yang barangkali tidak terbayangkan oleh Snouck, yaitu munculnya para modernis Islam dari kalangan priyayi!

Dalam Bab Tiga, "Tantangan dan Jawaban", Prof. Benda mengungkapkan bertambah mantapnya gerakan Islam, dengan bersatunya kelompok modernis dan kelompok tradisionalis dalam wadah MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia) pada bulan September 1937. Dibayangi ketakutan perang melawan Jepang, Belanda mulai menyadari kebutuhan memperoleh sekutu di kalangan Islam. Hal ini ditandai dengan membuka Sekolah Penghulu di Jawa Barat, subsidi yang cukup besar bagi jemaah haji, serta perangko amal bagi kepentingan Muhammadiyah. Namun keharusan sejarah agaknya tak dapat ditahan. “Matahari Terbit” melanda Nusantara dan menghapuskan Hindia Belanda.

Bagian Kedua karya Prof. Benda, terdiri atas lima bab, membahas masa pendudukan Jepang, sesuai dengan judul bukunya. Bagian ini dicatat dari sumber tangan pertama, terutama dari harian berbahasa Indonesia dan dari berkala tahun-tahun tersebut. Masuknya Jepang ke Indonesia membuka era baru dalam tingkah laku politisi Indonsia. Jika di zaman Belanda penjara dan pembuangan merupakan hukuman paling kejam, di zaman Jepang penyiksaan dan kematian dijatuhkan bagi mereka yang dicurigai tidak taat. Jika di zaman Belanda dikenal istilah 'kooperasi dan non-kooperasi', di zaman Jepang perbendaharaan istilah politik bertambah dengan 'kolaborasi'. Dan rupanya Jepang telah merumuskan politiknya terhadap Islam jauh hari sebelumnya.

Sejak pertengahan tahun 1920-an lembaga studi dan majalah yang membahas masalah Islam telah muncul di Jepang. Pada November 1939 suatu pameran dan kongres Islam diadakan di Tokyo dan Osaka. Delegasi MIAI dari Indonesia juga turut hadir. Segera seusai kongres, seorang ahli Islam, Prof. Kanaya, berangkat ke Indonesia untuk memperkuat ikatan umat Islam kedua bangsa. Sesudah Jepang menduduki Indonesia, pendekatan terhadap Islam Indonesia terus gencar: menekankan persamaan Shinto dan Islam mengenai konsep hakkoichiu (‘persaudaraan sejagad’), silaturahmi dengan para pemuka MIAI, membuka Kantor Urusan Agama (Shumubu), menjamu para pemimpin Islam di Hotel Des Indes yang mewah, dan menampilkan ‘haji-haji Tokyo’ seperti Abdulhamid Ono, Abdulmunim Inada, Muhammad Taufik Suzuki, Yusuf Saze. Bahkan ada tentara Jepang yang ikut bersembahyang di mesjid-mesjid! Jika organisasi lain tak diizinkan membuat majalah, Soeara MIAI sejak Januari 1943 diizinkan terbit.

Para tokoh Islam mempunyai senjata moral dengan mengemukakan prasyarat kerjasama dengan ‘penyembah berhala’ itu: asalkan agama Islam tidak diganggu. Maka terjadilah permainan ‘kucing-kucingan’ para tokoh Islam yang mencoba mengambil manfaat dari ‘kerjasama’ itu. Prof. Benda mengemukakan bahwa pada zaman Jepang elite Islam memperoleh bagian yang lebih besar dibandingkan dengan yang diperoleh pada zaman Belanda (h.169). Kaum Muslimin juga berperan dalam pembentukan tentara lokal. Pada Juli 1943 para kiai dilatih kemiliteran di Jakarta, dan latihan korps perwira Indonesia, Oktober 1943, melibatkan jumlah kiai yang cukup besar.

Menurut Prof. Benda, kelompok Islam mendapat dukungan yang jauh lebih besar di desa-desa dibandingkan dengan kaum nasionalis ‘sekuler’. Itulah sebabnya ketika mendirikan angkatan bersenjata Indonesia yang pertama, penguasa Jepang memalingkan muka kepada Islam. Bendera Peta bukanlah Merah-Putih, melainkan Bulan-Sabit di atas Matahari-Terbit, melukiskan perang suci Islam Indonesia terhadap imperialis Barat yang Kristen (hh. 174-175).

Sangat menarik mengikuti bagaimana cara Jepang memandulkan MIAI. Shumubu sering melangkahi MIAI dalam mendekati para ulama. Usaha para pemimpin MIAI untuk mengadakan rapat umum tidak diizinkan. Meskipun MIAI berhasil mengusahakan berdirinya Baitul-Mal, organisasi itu terus dikuras sehingga yang tinggal hanya kantor pusatnya di Jakarta. Akhirnya, September 1943, pemerintah pendudukan Jepang memberikan status hukum kepada Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama beserta cabang-cabangnya di Jawa, dan sebulan kemudian MIAI terpaksa bubar.

Sebagai pengganti MIAI, dibentuk wadah Majelis Syuro Muslimin Indonesia, dengan singkatan Masyumi yang mirip-mirip nama Jepang, dengan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama sebagai tulang punggungnya. Berbeda dengan MIAI, Masyumi mempunyai keanggotaan yang meyakinkan di seluruh Jawa. Menurut Prof. Benda, Jepang tetap mengharapkan penggalangan kaum Muslimin demi tujuannya (h. 216). Pendekatan Jepang ini dimanfaatkan pula oleh Masyumi untuk membentuk pasukan Hizbullah (Laskar Allah) pada bulan Januari 1945.

Bahkan sampai saat-saat terakhir menjelang kejatuhannya, Matahari Terbit berusaha menarik Bulan Sabit ke dalam orbitnya. Pada tanggal 1 Mei 1945 Gunseikan memutuskan hari Jumat libur setengah hari bagi kantor pemerintah. Pada 11 Juni, Al-Qur’an dicetak pertama kalinya di bumi Indonesia. Dan pada 8 Juli, Universitas Islam Indonesia didirikan dengan Abdul Kahar Muzakkir sebagai ketua. Setelah proklamasi kemerdekaan, universitas ini dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta.

Sayang sekali kita tidak menikmati peristiwa bulan Juni dan Juli 1945 dengan cukup mendetil dalam buku ini. Padahal, bulan-bulan itu penuh dengan kejadian yang menentukan ‘posisi’ Islam dalam zaman Indonesia merdeka. Betapa gigihnya para tokoh Islam dalam Dokuritsu Junbi Cosakai memperjuangkan Islam sebagai dasar negara, dan betapa gigihnya pula para tokoh nasionalis ‘sekuler’ menolaknya, sehingga muncul Piagam Jakarta 22 Juni 1945 sebagai titik kesepakatan.

Kekurangan buku Prof. Benda ini adalah hanya membahas perkembangan Islam di Jawa. Terhadap terjemahan Daniel Dhakidae patut kita acungkan jempol. Sayangnya penerjemah tidak sedikit pun memberikan informasi siapa Prof. Dr. Harry Jundrich Benda. Dan alangkah baiknya jika buku ini dilengkapi dengan indeks.

Akhirnya, ada baiknya kita merenungkan kata pengantar W. F. Wertheim dalam permulaan buku ini. Kekuatan-kekuatan yang mencoba menggunakan Islam untuk mencapai tujuan politiknya, tulis guru besar Universitas Amsterdam itu, pada gilirannya akan dimanfaatkan oleh politisi Islam untuk mencapai tujuan yang sangat berbeda dengan tujuan kekuatan tersebut. Bulan Sabit terlalu besar untuk menjadi satelit siapa pun!***


TEMPO, 25 April 1981

KUNTALA, SRIWIJAYA DAN SUWARNABHUMI
Prof.Dr.Slametmulyana
Idayu, Jakarta, 1981, 356 halaman

KERAJAAN Sriwijaya kebanggaan masa silam Indonesia. Kekuasaannya melampaui batas geografis tanah air kita, berabad-abad mendominasi pelayaran dan perdagangan antarbangsa, satu-satunya negara Asia Tenggara abad tengah yang banyak diberitakan kronik Arab dan Cina. Namun penyusunan sejarahnya belum tuntas. Maklum Sriwijaya baru dikenal dalam historiografi modern pada tahun 1918, berkat tulisan George Coedes, Le Royaume de Crivijaya.

Kronik Cina abad ke-7 dan ke-8 memberitakan negeri atau kerajaan di ‘laut selatan’ bernama Shih-li-fo-shih. Kronik abad ke-9 sampai ke-14 memberitakan negeri San-fo-tsi. Berdasarkan beberapa prasasti yang menyebut nama ‘Sriwijaya’, Coedes mengidentifikasi Sriwijaya sebagai nama negeri dan kerajaan yang ditransliterasikan menjadi Shih-li-fo-shih atau San-fo-tsi. Dan lahirlah teori: Kerajaan Sriwijaya berdiri sejak abad ke-7 sampai ke-14.

Buku terbaru Prof.Dr.Slametmulyana ini, bekas dekan Fakultas Sastra Universitas Indonesia, banyak memberikan sumbangan berharga bagi penyusunan sejarah Sriwijaya. Karya filolog terkemuka ini diharapkan dapat merangsang pemikiran baru.

Dengan argumentasi meyakinkan, pengarang melokasikan negeri Sriwijaya (Shih-li-fo-shih) di Palembang dan negeri Malayu (Mo-lo-yu) di Jambi. Pelokasian Malayu ditunjang oleh prasasti Amoghapasa di Jambi yang menyebutkan negeri Malayu. Penelitian geomorfologi Dinas Purbakala, 1954, yang membuktikan Jambi abad ke-7 terletak di pantai dan ideal bagi persinggahan kapal, ternyata cocok dengan uraian pendeta I-tsing (634-713) tentang pelabuhan Malayu.

Pelokasian Sriwijaya di Palembang memiliki bukti-bukti tak terbantah. Uraian I-tsing bahwa Sriwijaya di tenggara Malayu dan di muara sungai besar. Penelitian geomorfologi bahwa Palembang abad ke-7 berlokasi di pantai. Sebagian besar prasasti Sriwijaya ditemukan di Palembang. Dan yang terpenting, prasasti Telaga Batu di Palembang merinci nama jabatan yang hanya mungkin ada di pusat pemerintahan: putra mahkota, selir raja, senapati, hakim, para menteri, sampai pembersih dan pelayan istana.

Ini perlu ditegaskan karena para penyusun Sejarah Nasional Indonesia (Jilid II, Zaman Kuna) —buku standar dari Dep. P&K— terlalu gegabah menjatuhkan vonis: ibukota Sriwijaya bukan di Palembang. Mereka kiranya wajib meruntuhkan argumentasi Prof. Slametmulyana.

Pengarang juga menguraikan perluasan wilayah Sriwijaya berdasarkan prasasti-prasasti dan uraian I-tsing. Akhir abad ke-7, raja Sriwijaya Dapunta Hyang Sri Jayanasa menaklukkan Bangka, Lampung, Malayu (Jambi), Sumatera Timur, Semenanjung Malaka, Muangthai Selatan. Prasasti Kota Kapur (Bangka) menyebutkan pada 686 tentara Sriwijaya berangkat menyerbu Jawa. Menurut pengarang, yang ditaklukkan adalah Jawa Barat, terbukti dari adanya prasasti berbahasa Melayu di Bogor. Prasasti Sriwijaya memang berbahasa Melayu, dan tak mungkin raja Jawa atau Sunda mengeluarkan prasasti dengan bahasa itu. Tapi mengapakah pengarang ragu menyimpulkan bahwa Jawa Tengah pun pernah dikuasai Sriwijaya?

Di Jawa Tengah banyak prasasti berbahasa Melayu: Sojomerto, Gandasuli, Dieng, Bukateja, Candi Sewu. Prasasti Sojomerto (ditemukan tahun 1963) menyebut Dapunta Selendra, pendiri Wangsa Sailendra. Gelar ini sama dengan gelar raja Sriwijaya, Dapunta Hyang. Prasasti Gandasuli menyebut pembesar Sailendra bergelar Sida, gelar yang tak dimiliki pembesar Jawa. Yang jelas, itu adalah gelar pembesar Sriwijaya seperti tercantum pada prasasti di Palembang (J.G. de Casparis, Prasasti Indonesia II, 1956, h.5). Pengarang mengatakan Dapunta Selendra berasal dari Sumatera Selatan (h.148). Seharusnya pengarang lebih tegas mengatakannya dari Sriwijaya. Tumbuhnya Wangsa Sailendra di Jawa Tengah abad ke-8 berkat penaklukan daerah ini oleh Sriwijaya. Tidak mustahil, Dapunta Selendra adalah salah seorang keturunan Dapunta Hyang yang diberi daerah kekuasaan di Jawa Tengah.

Prasasti Nalanda (860) menyebutkan bahwa Balaputradewa raja Suwarnadwipa adalah keturunan Sailendra dari Jawa. Dari prasasti Siwagreha (856) diketahui bahwa Balaputra mengungsi dari Jawa lantaran kalah perang melawan Wangsa Sanjaya. Sangat mustahil seorang pengungsi dari Jawa diterima orang Sriwijaya menjadi raja jika tak ada hubungan famili! Para ahli sejarah seperti George Coedes, F.D.K. Bosch, Muhammad Yamin, Oliver W. Wolters, menduga ibu Balaputra adalah putri Sriwijaya. Tapi tak ada sumber sejarah mengatakan demikian. Kiranya alasan yang tepat adalah bahwa Wangsa Sailendra berasal dari Sriwijaya. Jadi Balaputradewa kembali ke daerah nenek moyangnya. Wajar jika ia memiliki hak atas tahta Sriwijaya.

Tapi Prof. Slamet membuat ‘teori baru’ dalam bukunya ini. Menurutnya, Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad ke-8 karena ditaklukkan Wangsa Sailendra. Lalu Balaputradewa mendirikan kerajaan baru pada abad ke-9 di Jambi bernama Suwarnadwipa. Nama ini bersinonim dengan Suwarnabhumi yang ditransliterasikan San-fo-tsi dalam kronik Cina.

Teori Prof. Slamet bertentangan dengan sumber sejarah yang mengatakan Kerajaan Sriwijaya masih ada pada abad ke-11. Prasasti di India yang dikenal dengan Piagam Leiden menyebutkan raja Sriwijaya tahun 1006 bernama Sri Marawijayatunggawarman, putra raja Sri Cudamaniwarman keluarga Sailendra. Sudah tentu raja ini keturunan Balaputradewa. Konsekuensinya, Suwarnadwipa pada prasasti Nalanda adalah Kerajaan Sriwijaya. Kedua nama raja Sriwijaya dalam Piagam Leiden cocok dengan nama-nama raja San-fo-tsi, Se-li-chu-la-wu-ni dan Se-li-ma-la-pi, dalam kronik Sung-shih (Sejarah Dinasti Sung). Tahunnya pun cocok. Jadi San-fo-tsi yang diberitakan kronik Sung-shih adalah Kerajaan Sriwijaya.

Untuk menutupi kelemahan teorinya, pengarang mengatakan Piagam Leiden itu menyesatkan karena, katanya, bertentangan dengan berita Al-Mas`udi bahwa Sriwijaya merupakan negeri bawahan (h.182). Entah buku Al-Mas`udi mana yang dibaca pengarang. Yang jelas, Abu Hasan Al-Mas`udi dalam catatannya Murujuz-Zahab wa Ma’adinul-Jawhar (943) tak pernah mengatakan demikian. Justru dari keterangan Al-Mas`udi dan musafir-musafir Arab lainnya kita mengetahui bahwa negeri paling utama di Asia Tenggara abad ke-10 adalah Sriwijaya.

Namun saya sependapat dengan pengarang bahwa San-fo-tsi dalam kronik Chu-fan-chi (Catatan Negeri Asing, ditulis oleh Chau Ju-kua pada 1225) bukanlah Kerajaan Sriwijaya-Palembang, melainkan Kerajaan Malayu-Jambi (hh.188-189). Chu-fan-chi mengatakan Palembang sebagai negeri bawahan San-fo-tsi. Uraian Chu-fan-chi tentang pelabuhan San-fo-tsi sama dengan uraian I-tsing tentang Malayu dan cocok dengan penelitian geomorfologi tentang Jambi.

Jadi ada dua kerajaan (Sriwijaya dan Malayu) yang disebut San-fo-tsi. Patut diingat, kronik Cina sering menyebut suatu negeri atau kerajaan dengan nama pulaunya. Sebelum abad ke-15 Pulau Sumatera bernama Suwarnadwipa atau Suwarnabhumi, artinya ‘pulau emas’. Kiranya Prof. Slamet benar ketika mengidentifikasi nama San-fo-tsi dengan Suwarnabhumi. Tapi beliau lupa bahwa itu nama pulau. Wajar jika berita tentang San-fo-tsi ada yang cocok untuk Sriwijaya-Palembang dan ada yang cocok untuk Malayu-Jambi. Kedua kerajaan ini sama-sama disebut San-fo-tsi karena memang terletak di Sumatera. Seperti halnya kerajaan-kerajaan di Jawa disebut She-po (transliterasi dari nama Jawa).

Adapun runtuhnya Sriwijaya bisa dilacak sebagai berikut. Setelah kerajaan itu lumpuh akibat serangan Cola pada 1025 (prasasti Tanjore), negeri Malayu yang sejak abad ke-7 menjadi bawahannya bangkit kembali. Kronik Ling-wai-tai-ta mencatat utusan Jambi ke Cina pada 1079, 1082, 1088. Sepanjang abad ke-12 kiranya Malayu merebut banyak daerah dari tangan Sriwijaya yang kian lemah. Pada 1183 kekuasaan Malayu telah sampai ke Semenanjung Malaka (prasasti Grahi). Menurut Sung-shih, utusan terakhir Sriwijaya ke Cina datang pada 1178. Tiba-tiba kronik Chu-fan-chi tahun 1225 mencatat Palembang sebagai bawahan Malayu. Boleh dipastikan, Kerajaan Sriwijaya runtuh akhir abad ke-12 atau sekitar tahun 1200 (antara 1178 dan 1225) karena ditaklukkan oleh Kerajaan Malayu! Ini merupakan antitesis terhadap teori Prof. Slamet yang menganggap Sriwijaya runtuh abad ke-8. Sekaligus antitesis terhadap pendapat umum ahli sejarah yang menganggap Sriwijaya runtuh abad ke-14.

Jadi yang disebut San-fo-tsi abad ke-13 dan ke-14 adalah Kerajaan Malayu. Kitab Nagarakretagama (1365) pupuh XIII menyebutkan seluruh daerah di Sumatera sebagai ‘Bhumi Malayu’. Selama ini ahli sejarah menganggap San-fo-tsi sinonim dari Shih-li-fo-shih (Sriwijaya). Akibatnya kebesaran Kerajaan Malayu tidak mendapat tempat dalam buku sejarah. Malayu yang jaya abad ke-13 disangka Sriwijaya.

Prof. Sukmono melokasikan Sriwijaya di Jambi lantaran banyak berita San-fo-tsi yang cocok untuk Jambi (Tentang Lokalisasi Sriwijaya, 1958). Prof. George Coedes yang melokasikan Sriwijaya di Palembang masih perlu menulis: Whether it had its center at Palembang or at Jambi... (The Indianized States of Southeast Asia, 1968, h.179). Prof. O.W. Wolters dalam dua bukunya, Early Indonesian Commerce (1967) dan The Fall of Srivijaya (1970), menduga ibukota Sriwijaya mula-mula di Palembang lalu pindah ke Jambi. San-fo-tsi dalam kronik Chu-fan-chi diartikannya ‘Srivijaya, now meaning Malayu-Jambi’. Kalimat Wolters ini jelas aneh, sebab bagaimanapun Sriwijaya dan Malayu dua kerajaan yang berbeda, tak boleh disamakan begitu saja. Semua kesimpangsiuran di atas lantaran satu sebab: mereka menganggap berita-berita San-fo-tsi selalu menyatakan Sriwijaya.

Sejarah Dinasti Ming abad ke-14 mengatakan ‘San-fo-tsi dahulu disebut Kan-to-li’. Kan-to-li adalah negeri abad ke-5 sebelum Malayu dan Sriwijaya. Karena San-fo-tsi zaman Ming adalah Malayu, lokasi Kan-to-li tentu di Jambi. Perlu dicatat, banyak nama tempat yang berasal dari nama tempat di India. Huruf prasasti di Asia Tenggara serupa dengan di Kuntala, dekat Mysore (J.G. de Casparis, Indonesian Palaeography, 1975, h.13). Pendapat Prof. Slamet sungguh menarik dan patut dipertimbangkan: nama Kuntala (Kuntali) diambil sebagai nama negeri di Jambi abad ke-5 yang ditransliterasikan Kan-to-li. Lama-kelamaan nama Kuntal mengalami metatesis menjadi Tungkal, nama daerah di Jambi.***


TEMPO, 27 November 1982

A HISTORY OF MODERN INDONESIA
Merle Calvin Ricklefs
Macmillan, London, 1981, 335 halaman


PENULISAN sejarah Indonesia memasuki perspektif baru tatkala Jacob Cornelis van Leur (1908-1942), dalam disertasi doktoralnya di Leiden tahun 1934, mengkritik pandangan Eropa-sentris dalam penyusunan sejarah. Pada tahun 1939, dikecamnya pula buku Geschiedenis van Nederlandsch Indie susunan F.W. Stapel, yang memandang Indonesia semata-mata “dari dek kapal, jendela loji dan anjungan rumah dagang” (J.C. van Leur, Indonesian Trade and Society, 1955).

Sejak itu para ahli sejarah menyadari pentingnya rekonstruksi historiografi tanah air kita dengan menekankan aspek-aspek bangsa Indonesia sendiri, sehingga sejarah Indonesia tidak identik dengan kisah kegiatan kolonial (Willem Philippus Coolhaas, A Critical Survey of Studies on Dutch Colonial History, 1960). Dewasa ini bermunculan buah pena sejarawan Barat dengan wajah Indonesia-sentris. Misalnya, John David Legge, Indonesia, edisi ke-3, 1980; Bernhard Dahm, History of Indonesia in the Twentieth Century, 1971, serta buku karya M.C. Ricklefs yang kini dibicarakan.

Prof. Dr. Merle Calvin Ricklefs, guru besar sejarah Universitas Monash, Australia, meraih Ph.D. di Universitas Cornell tahun 1973 dengan tesis Jogjakarta under Sultan Mangkubumi 1749-1792: A History of the Division of Java (diterbitkan Oxford University Press, 1974). Semasa mengajar di School of Oriental and African Studies, London, Ricklefs menyusun katalog manuskrip Nusantara bersama Petrus Voorhoeve tahun 1977. Dia menulis buku Modern Javanese Historical Tradition (1977), dan menguraikan islamisasi Jawa dalam buku Nehemia Levtzion (Ed.), Conversion to Islam (1979). Pengetahuannya yang mendalam tentang Indonsia menyebabkan Ricklefs dipercayai Prof. Dr. Daniel George Edward Hall (1891-1979) untuk menyempurnakan buku A History of South-East Asia, edisi ke-4, 1981.

Dalam menulis A History of Modern Indonesia, Ricklefs memakai gaya bercerita (narasi). Uraiannya enak dibaca tanpa diganggu catatan kaki. Isi buku dibagi menjadi enam bagian: The Emergence of the Modern Era (5 Bab), Struggles for Hegemony (4 Bab), The Creation of the Colonial State (3 Bab), The Emergence of the Idea of Indonesia (3 Bab), The Destruction of the Colonial State (2 Bab), dan Independent Indonesia (3 Bab).

Ricklefs mengawali uraiannya dari kedatangan Islam. Di kebanyakan daerah di Indonesia, agama ini disebarkan oleh orang Indonesia sendiri. Perdagangan merupakan unsur penting dalam penyebaran itu. Tak lupa dibahasnya peranan tasawuf. Islam memasuki kehidupan rakyat dengan cara damai. Memang ada juga perang, tapi ditegaskan Ricklefs bahwa hal itu lebih bermotifkan persoalan dinasti, strategi dan ekonomi. Setelah membahas pertumbuhan kerajaan-kerajaan Islam, dari Aceh sampai Maluku, pengarang juga menguraikan berbagai aspek budaya, sastra dan tradisi keagamaan.

Kemudian pengarang kontak-kontak pertama bangsa Indonesia dengan Eropa, terutama Portugis dan Belanda. Meski datang belakangan, pengaruh Belanda cepat menggeser pengaruh Portugis. Sebab utamanya, kata Ricklefs, Portugis gagal membuat tempat berpijak yang permanen di Jawa. Tapi Portugis banyak mempengaruhi jalannya sejarah: perubahan jalur niaga akibat jatuhnya Malaka, dan penyebaran agama Nasrani di bagian timur Indonesia. Musik keroncong merupakan pembastaran musik Portugis. Kata-kata Portugis telah memperkaya bahasa kita: kemeja, saku, pita, beludru, renda, bantal, peniti, sepatu, lemari, pigura, bendera, lentera, jendela, meja, garpu, mentega, keju, terigu, bolu, kaldu, kantin, ronda, armada, serdadu, peluru, meriam, rantai, algojo, mandor, onar, bola, biola, boneka, dadu, gereja, padri, sekolah, bangku, pena, tinta, tempo, minggu, roda, sepeda, kereta, pesiar, pesta, nona, permisi, serutu, lelang, antero, sisa, palsu, tembakau.

Abad ke-17 dan ke-18 merupakan era pertarungan hegemoni antara Belanda dan kerajaan-kerajaan Islam. Bangsa Indonesia ternyata cukup alot, sehingga pembentukan suatu negara kolonial baru dimulai pada abad ke-19! Sampai saat ini anak didik kita di sekolah-sekolah masih disuguhi mitos palsu “350 tahun dijajah Belanda”. Padahal kenyataannya, pada tahun 1800 (awal abad ke-19) Belanda baru berkuasa di Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah dan Jawa Timur, Makassar dan Ambon. Seluruh Jawa baru dikuasai Belanda tahun 1830, akhir Perang Diponegoro.

Pada dasawarsa 1830-1840 Belanda mulai memalingkan perhatian ke daerah luar Jawa. Perkembangan industri di Eropa menyebabkan Belanda mengincar sumber bahan baku mineral dan minyak bumi. Ricklefs merinci perluasan pengaruh dan kekuasaan Belanda di seluruh tanah air kita pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Negara kolonial Nederlandsch Indie (Hindia Belanda) yang berwilayah dari Sabang sampai Merauke baru tercapai pada tahun 1910. Agaknya Ricklefs mengambil tahun itu, sebab pada tahun 1910 Belanda mulai memberlakukan Hukum Kekawulaan Belanda (Wet op het Nederlandsch Onderdaanschap) yang menyeragamkan hukum dan aturan di seluruh Hindia Belanda. Lihat: G.J. Resink, Indonesia’s History between the Myths (1968), serta Soedjatmoko, An Approach to Indonesian History towards an Open Future (1960).

Gerakan-gerakan nasional awal abad ke-20, baik yang berdasarkan Islam maupun ‘sekular’, diuraikan cukup mendetail, sebelum Ricklefs membahas masa akhir ‘zaman Belanda’ yang disusul kisah pendudukan Jepang. Sejarah Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan dikelompokkannya ke dalam empat periode: revolusi (1945-1949); eksperimen demokrasi (1950-1957); demokrasi terpimpin (1958-1965); Orde Baru (sejak 1966).

Yang menarik, uraian Ricklefs tak hanya berkisar pada masalah politik, melainkan juga ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan aspek-aspek lain masyarakat Indonesia. Misalnya, dari 1900 sampai 1930 produksi gula meningkat empat kali, teh hampir sebelas kali. Sejak tahun 1860 minyak bumi ditemukan di Langkat, dan diproduksi mulai tahun 1892. Pada tahun 1901 minyak bumi mulai dieksploitasi di Kalimantan. Tahun 1900 jenis karet Havea brasiliensis diimpor untuk mengimbangi jenis karet asli Ficus elastica yang mulai diusahakan sejak tahun 1864. Pada tahun 1930 Indonesia mensuplai separoh karet dunia.

Indonesia merupakan negara kedua di Asia yang mengenal kereta api sesudah India. Pembangunan rel kereta api pertama pada tahun 1867 sepanjang 25 km di seluruh Indonesia meningkat menjadi 7425 km pada tahun 1930. Areal persawahan meluas 18 kali di tahun 1930 dibandingkan dengan tahun 1885. Populasi rakyat Indonesia 35,7 juta ditahun 1905; 48,3 (1920); 59,1 (1930), lalu meningkat 70 juta tahun 1939; 77,2 (1950); 85,4 (1955); 97,02 (1961) dan 118,4 juta tahun 1971.

Lebih menarik lagi, dalam buku Ricklefs ini tergambar warna Islam yang lebih nyata dalam perjalanan sejarah Indonesia. Ricklefs menegaskan bahwa era ‘Indonesia modern’ dimulai sejak kedatangan Islam, yang membuat Nusantara menjadi satu kesatuan sejarah yang padu (a coherent historical unit). Dalam melawan hegemoni kolonial, Islam menjadi simbol identitas pribumi dan pembangkit daya juang, seperti juga pernah ditegaskan Prof.Dr. George McTurnan Kahin (Nationalism and Revolution in Indonesia, 1952) serta Prof.Dr. Harry Jundrich Benda (The Crescent and the Rising Sun, 1958). Kebangkitan nasional awal abad ke-20 dipelopori Sarekat Islam yang menggema di seantero kepulauan, bukan oleh Budi Utomo yang hanya terbatas di Jawa saja.

Dengan membaca buku karya Prof. Dr. Merle Calvin Ricklefs ini, semoga kita terstimulasi untuk lebih membenahi penulisan sejarah tanah air kita.***


TEMPO, 1 OKTOBER 1983

TINJAUAN KRITIS TENTANG SEJARAH BANTEN
Prof.Dr. Hoesein Djajadiningrat
Djambatan, Jakarta, 1983, 400 halaman

DAERAH-DAERAH Nusantara dan Asia Tenggara umumnya memiliki kronik sejarah lokal dengan berbagai istilah: babad (Jawa), hikayat (Melayu), patturioloang (Makassar), prawatsat (Thai), bangsawatar (Kamboja), quoc-su (Vietnam), dan sebagainya. Penulisan kronik semacam itu umumnya bertujuan mempertinggi wibawa penguasa di mata rakyatnya, atau untuk memperoleh legitimasi bagi dinasti yang baru berkuasa. Fakta sejarah yang disajikan biasanya bercampur dengan dongeng dan mitos, sehingga kebenaran beritanya harus dikonfirmasikan dengan sumber sejarah yang lebih sahih.

Namun tradisi lokal itu tak dapat diabaikan sebagai salah satu sumber sejarah. Pada hakikatnya dongeng dan mitos sengaja ditambahkan untuk mengagungkan tokoh sejarah yang diceritakan. Jadi babad atau hikayat tersebut disusun berdasarkan fakta sejarah yang pernah terjadi. Adalah tugas para ahli untuk memisahkan fakta sejarah dari dongeng dan mitos yang membumbuinya.

Naskah Sajarah Banten, yang disusun tahun 1662-1663 dalam bentuk tembang macapat, merupakan obyek penelitian salah seorang putra terbaik Indonesia, Pangeran Aria Hoesein Djajadiningrat (1886-1960), sebagai disertasi doktor dalam bidang Bahasa dan Sastra Nusantara pada Universitas Leiden tahun 1913. Disertasi yang berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten itu dipromotori oleh Prof.Dr.Christiaan Snouck Hurgronje. Buku yang kini kita bicarakan adalah terjemahan disertasi itu, dalam rangka kerja sama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-, en Volkenkunde (KITLV).

Sayang sekali, panitia penerjemah tidak menganggap perlu mengenalkan pengarang kepada pembaca. Padahal generasi sekarang tidak banyak yang mengetahui peranan beliau. Perlu dicatat, buku ini telah menobatkan Hoesein Djajadiningrat sebagai putra Indonesia pertama yang memperoleh gelar doktor, dan sekaligus menyadarkan para ilmuwan Belanda masa itu bahwa kaum bumiputra mampu meraih jenjang tertinggi dunia ilmu pengetahuan asalkan diberi kesempatan.

Prof.Dr. P.A. Hoesein Djajadiningrat, putra bupati Serang, pernah menjadi anggota Raad van Indie (semacam dewan penasehat) di zaman Belanda, serta kepala Shumubu (semacam departemen agama) di zaman Jepang. Dia merupakan anggota Dokuritsu Junbi Cosakai yang menyusun UUD 1945. Di saat wafatnya, dia menjabat ketua Lembaga Kebudayaan Indonesia, di samping tugas guru besar pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Karangan-karangan Prof. Hoesein tersebar dalam berbagai bahasa, antara lain kamus Aceh-Belanda dan uraian tentang Islam di Indonesia dalam buku Kenneth W. Morgan, Islam the Straight Path, 1958.

Disertasi Prof. Hoesein terdiri atas empat bab. Pada Bab Pertama diuraikan isi Sajarah Banten. Bab Kedua menganalisis bagian yang tergolong fakta sejarah, dan Bab Ketiga mengupas bagian yang berupa legenda. Dalam Bab Keempat Prof. Hoesein menerangkan ciri pokok penulisan sejarah Jawa.

Gaya penulisan Sajarah Banten mengikuti tradisi asli bangsa Aria, yaitu menceritakan suatu kisah melalui percakapan antara dua orang tertentu. Bentuk semacam ini banyak dijumpai pada karya sastra klasik India dan Persia. Misalnya, cerita Mahabharata yang disusun dalam bentuk percakapan Waisampayana kepada Janamejaya. Kisah 1001 Malam digubah melalui percakapan putri Syahrazad kepada raja Syahriar. Demikian pula Sajarah Banten merupakan percakapan antara dua orang yang bernama Sandimaya dan Sandisastra.

Sajarah Banten yang meliputi 66 pupuh dibagi Prof. Hoesein menjadi dua bagian. Bagian pertama (pupuh 1-16) isinya mirip dengan Babad Tanah Jawi: menceritakan Kerajaan Galuh dan Majapahit, penyebaran Islam oleh Wali Songo, serta tumbuhnya kerajaan-kerajaan Demak, Pajang, dan Mataram. Bagian kedua (pupuh 17-66) khusus menceritakan Kerajaan Banten pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, Maulana Yusuf, Maulana Muhammad, Sultan Abulmafakhir, dan Sultan Abulfath Abdulfattah (Sultan Ageng Tirtayasa). Diuraikan juga perluasan pengaruh Banten ke Sumatera bagian selatan, serta hubungan Banten dengan Mataram.

Yang dianalisis oleh Prof. Hoesein hanya bagian kedua Sajarah Banten—bagian yang berhubungan dengan negeri itu. Semua berita diuji kebenarannya dengan menggunakan sumber sejarah yang lain sebagai pembanding. Begitu cermatnya Prof. Hoesein meneliti pupuh demi pupuh, sehingga tidaklah aneh jika gelar doktor tahun 1913 itu beliau raih dengan pujian (cum laude).

Dengan menggunakan catatan Portugis dan Belanda mengenai Banten, serta membandingkannya terhadap tradisi lokal yang lain, Prof. Hoesein merekonstruksikan isi Sajarah Banten yang merupakan fakta sejarah: Penyebaran Islam di Jawa Barat dilakukan pertama kali oleh Sunan Gunung Jati dan putranya, Maulana Hasanuddin. Kemudian Hasanuddin menjadi raja Banten yang pertama (1552-1570). Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf (1570-1580), putra Hasanuddin, Banten menaklukkan Pakuan Pajajaran. Maulana Yusuf digantikan putranya, Maulana Muhammad (1580-1596), yang gagal menaklukkan Palembang. Penyerangan ke Palembang yang menyebabkan gugurnya Maulana Muhammad bertepatan dengan kedatangan orang Belanda yang pertama kali di pelabuhan Banten pada bulan Juni 1596.

Kemudian Banten diperintah putra Maulana Muhammad, Pangeran Ratu (1596-1651), dengan dibantu oleh Pangeran Arya Ranamanggala. Pada masa inilah Belanda merebut Jaketra (Jakarta) tahun 1619. Usaha Susuhunan Mataram untuk mengusir Belanda dari Jaketra tahun 1628-1629 menemui kegagalan. Pangeran Ratu mengutus duta kepada Sarip Jahed di Mekkah yang mewakili Sultan Rum (Turki) untuk meminta gelar sultan. Maka Pangeran Ratu memperoleh gelar Sultan Abulmafakhir Mahmud Abdulkadir, raja di Jawa yang pertama kali memakai gelar sultan. Pada saat Sajarah Banten disusun tahun 1663, Banten diperinah oleh cucu Pangeran Ratu, Sultan Abulfath Abdulfattah (Sultan Ageng Tirtayasa) yang sedang gigih melawan Belanda.

Prof. Hoesein juga menguraikan latar belakang isi Sajarah Banten yang tidak merupakan fakta sejarah. Misalnya, silsilah Sunan Gunung Jati dari Nabi Adam dan Nabi Muhammad, yang bertujuan memuliakan salah seorang Wali Songo, serta cerita pernikahan Maulana Hasanuddin dengan putri Pajajaran, yang tentu bertujuan memposisikan Banten sebagai kesinambungan dari kerajaan Hindu itu. Bukankah Demak juga menghubungkan diri dengan Majapahit?

Akan tetapi, tidak semua pendapat Prof. Hoesein tahan uji. Dalam disertasi ini Prof. Hoesein menyamakan Sunan Gunung Jati dengan Faletehan dari Pasai. Identifikasi ini diamini oleh banyak ahli sejarah. Baru pada tahun 1957, sejarawan Belanda R.A. Kern mencoba menyangkal pendapat umum itu. Namun waktu itu argumentasinya belum cukup kuat.

Penyaman Sunan Gunung Jati dengan Faletehan (Fatahillah) terus berlangsung sampai ditemukannya naskah Purwaka Caruban Nagari pada tahun 1970 di Cirebon. Naskah yang ditulis abad ke-17 itu mengemukakan bahwa Faletehan menantu Sunan Gunung Jati. Faletehan atau Fatahillah, panglima Demak yang mendirikan kota Jakarta, berasal dari Pasai, dan nama aslinya Fadillah Khan. Adapun Sunan Gunung Jati, penguasa Cirebon dan salah seorang Wali Songo, merupakan keturunan Pajajaran, dan nama aslinya Syarif Hidayatullah. Dan adalah Sunan Gunung Jati, bukan Fatahillah, yang merupakan ayah Maulana Hasanuddin dari Banten.

Terlepas dari masalah di atas, disertasi Prof. Hoesein Djajadiningrat ini layak dibaca oleh mereka yang berminat meneliti peninggalan tertulis nenek moyang kita yang sangat banyak itu. Hampir setiap daerah di tanah air kita memiliki catatan yang sejenis dengan Sajarah Banten, yang menanti penggarapan para ahli, guna mengisi kekosongan historiografi bangsa kita.***

Thursday, April 19, 2007

English Word-Play

ENGLISH WORD-PLAY
(Just for fun!)

Compiled by
IRFAN ANSHORY



ENGLISH: THE CRAZY LANGUAGE

English is the most widely used language in the history of our planet. One in every seven human beings can speak it. More than half of the world’s book and three-quarters of international mail are in English. It is the language of globalization—of international business, politics, diplomacy, computers and the Internet.

Nonetheless, English is a crazy language. There is no ham in hamburger, neither pine nor apple in pineapple. Sweetmeats are candy, while sweetbreads (which aren’t sweet) are meat. We take English for granted. But when we explore its paradoxes, we find that quicksand can work slowly, boxing rings are square, and a guinea pig is neither a pig nor from Guinea.

Why is it that a writer writes and singers sing, but fingers don’t “fing” and hammers don’t “ham”? If the plural of mouse is mice, shouldn’t the plural of house be “hice”? If the teacher taught, why isn’t it true that the preacher “praught”? If a vegetarian eats vegetables, what does a humanitarian eat? If you wrote a letter, perhaps you also “bote” your tongue!

In what other language do people place a book and book a place, drive on a parkway and park in a driveway? Recite at a play and play at a recital? Ship by truck and send cargo by ship? Have noses that run and feet that smell?

How can overlook and oversee be opposites, while quite a lot and quiet a few are alike? How can the weather be hot as hell one day and cold as hell the next? You have to marvel at the unique lunacy of a language in which you fill in a form by filling it out and in which your alarm clock goes off by going on.

English reflects the creativity of the human race (which isn’t really a race at all). That is why, when stars are out they are visible, but when the lights are out they are invisible. And why, when I wind up my watch I start it, but when I wind up this essay I end it.



P A L I N D R O M E

The word PALINDROME comes from the Greek palindromos which mean ‘running back’. A palindrome is a word or sentence which reads the same backwards as it does forwards. Madam, eye, redder, deified, race car, trap part, eroded ore and sublevel bus are the example of palindromes.

There are many good English palindromes, such as the words attributed to Napoleon, ‘Able was I ere I saw Elba’, or those written to honour the man who devised the Panama canal: ‘A man, a plan, a canal—Panama’. The other palindromes are listed below.

Rise to vote, sir.
Name now one man.
Was it a cat I saw?
Live not on evil.
I’m a nun, am I?
Ma is as selfless as I am.
Sir, I demand. I am a maid named Iris.
Are we not drawn onward to new era?
No mists or frost, Simon.
Draw pupil’s lip upward.
Anne, I stay a day at Sienna.
Not New York, Roy went on.
Nurse, I spy gypsies, run!
Niagara, O roar again!
Borrow or rob!
Dennis and Edna sinned.
Naomi, did I moan?
No, it is opposition.
Emit sex at taxes time.
Too bad! Ah, I had a boot.
Ten animals slam in a net.
Star comedy by Democrats.
I saw I was DNA and saw I was I.

IN EDEN, I . . . .
+ Madam!
- Oh, who?
+ Madam, I’m Adam.
- Name of a foe man?
+ O, stone me! Not so.
- Eve maid. I am Eve.
+ Eve. Drowsy baby’s word. Eve.
- I’m a Madam Adam, am I?
+ Now a seesaw on ....
- Mad Adam!
+ Aha!
- I won’t! O, not now, I ....
+ Pull up if I pull up.
- Top spot!
+ Won’t lover revolt now?
- No, none. My hero! More hymen, on, on ....
+ O God! I do? Go!
- Mmmmmmm ....

There are some palindromes in Bahasa Indonesia as well. Here are some examples.
Kasur Nababan rusak.
Idham, ini Mahdi.
Tamuku kumat.
Ibu, aku suka ubi.
Ira hamil lima hari.
Rudi & Tuti malam itu tidur.



A N A G R A M

An anagram is the transposed phrase or rearranged letters. Voltaire, whose real name was Francois Marie Arouet, formed his pseudonym by making an anagram of Arouet l.j. (le jeune, the young) using u as v and j as i. His friends suspected that Voltaire didn’t want to heard himself called arouer (‘whipping boy’).

Here are some anagrams.

revolution—to love ruin
telegraph—great help
sweetheart—there we sat
hysterics—his set cry
enigmatical—in magic tale
penitentiary—nay, I repent it
marriage—a grim era
mother-in-law—the warm lion
angered—enraged
conversation—voices rant on
the eyes—they see
excitation—intoxicate
ladies—ideals
salesmen—nameless
sauciness—causes sin
waitress—a stew, sir?
train—it ran
diplomacy—mad policy
parliament—partial men
softheartedness—often sheds tears
one + twelve—two + eleven
astronomers—moon-starers
greyhound—hey, dog, run!
medical consultation—noted miscalculation
negation—get a ‘no’ in
a gentleman—elegant man
cabaret—a bar, etc.
received payment—every cent paid me
inconsistent—n is, n is not, etc.
protectionism—nice to imports
debit card—bad credit
the cafeteria—fact: I eat here
falsehood—has fooled
the nudist colony—no untidy clothes
a steward—draws tea
decimal point—I’m a dot in place
old master—art’s model
violence—nice love
nowhere—now here

James Watt—a steam wit
Clint Eastwood—old west action
Margareth Thatcher—that great charmer
Florence Nightingale—flit on, cheering angel
Ronald Wilson Reagan—ran on all wrong ideas
Richard Milhouse Nixon—his climax: ruined honor
Victoria, England’s Queen—governs a nice quiet land
William Shakespeare—we all make his praise
Nicholas Copernicus—can helio-spins occur?
The Morse Code—here come dots
Rocky Mountains—o, man, ski country
The United States of America—a site for each destitute man

TEST YOUR ANAGRAM
The words defined in each group are composed of the same letters but in different arrangements.
*A small rock; Brief messages; Pitches in music.
*Sends payment; Earns; A title of respect.
*Gone by; Faucets; Small piece of butter.
*To load, as a ship; A metal; A round in a card game.
*Rules, as a king; To quit formally; A songster.
*Felines; Persons in a play; Divisions of a drama.
*Chronological measure; Short article; To issue.
*Makes a clear profit; A number (plural); Bird’s home.
*Supplications; Turns wan; Slip into error.
*Accepts or selects; Large cut of meat; A shoe on wheels.
ANSWER: stone-notes-tones; remits-merits-mister; past-taps-pats; lade-lead-deal; reigns-resign-singer; cats-cast-acts; time-item-emit; nets-tens-nest; pleas-pales-lapse; takes-steak-skate.



P A N G R A M

A pangram (“all letters”) can be defined as a group of words using all the twenty-six letters of the alphabet. The most familiar pangrams, often used in learning to type, include all the letters but contain some of them more than once.

Here are some pangrams with their respective letter-totals:
The quick brown fox jumps over a lazy dog (33 letters)
Pack my box with five dozen liquor jugs (32 letters)
The five boxing wizards jump quickly (31 letters)
How quickly daft jumping zebras vex (30 letters)

A perfect pangram must use all the twenty-six letters exactly once:
Mr Jock, TV quiz Ph.D., bags few lynx.




P U Z Z L E S

What’s the difference between a hungry boy and a greedy boy?
One longs to eat, other eats too long.

What’s the difference between a married man and a bachelor?
One kisses the miss, other misses the kiss.

What’s the difference between a tube and a Dutchman?
One is a hollow cylinder, other is a silly Hollander.

What’s the difference between a stamp and a girl?
One is a mail fee, other is a female.

Why is honey scarce in Bandung?
Because there’s only one ‘bee’ in Bandung.

What’s the longest word?
‘Smiles’, there’s a mile between its first and last letters.

What’s the longest name?
The Sundanese name IIM, eleven meters!

Why do we go to bed?
Because the bed won’t come to us.

What’s the hottest letter?
‘B’, because it makes oil boil.

Why is the letter ‘F’ like the banana skin?
Both make all fall.

Where does Thursday come before Wednesday?
In the dictionary.

What has four eyes but cannot see?
Mississippi.

What starts with T, ends with T, and is full of T?
A teapot.

With which hand should you stir your tea?
Neither, you should use a spon.

What liquid can’t you freeze?
Hot water.

What’s the cheapest way to get to America?
Be born there.

Why do doctors and nurses wear masks?
If someone makes a mistakes, they won’t know who.

What’s an autobiography?
The life story of a car.

Why do birds fly south in winter?
Because it’s too far to walk.

What word allows you to take away two letters and get one?
Stone.

Why did a boy draw a square when the teacher asked him to draw a ring?
It was a boxing ring.

When can you move as fast as a train?
When you are inside it.

What belongs to you, but is used more by other people?
Your name.

Are you mad if you talk to yourself?
Only if you answer.

How can you drop an egg ten meters without it breaking?
Drop it eleven meters.

Why do mother kangaroos hate rainy days?
Because their children play inside.

What time is it when your clock strikes thirteen?
Time to get a new clock.

What question can never be honestly answered ‘yes’?
Are you asleep?

What is too much for one, enough for two, but nothing for three?
A secret.

Where are elephants found?
They’re so big that they never get lost.***

Monday, April 16, 2007

Manasik Umrah Komplit dan Praktis

TATACARA (MANASIK) UMRAH
KOMPLIT TAPI PRAKTIS

oleh
Drs. H. Irfan Anshory



PENDAHULUAN
Umrah artinya ‘kunjungan’.
Definisinya secara syar`i, umrah adalah kunjungan ke Baitullah (Rumah Allah) di Makkah dalam keadaan berihram (memakai pakaian ihram serta tidak melakukan larangan ihram) dan melaksanakan tatacara (manasik) yang sudah ditentukan.
Oleh karena hampir seluruh rukun haji dilaksanakan (kecuali wuquf di Arafah), maka umrah disebut ‘haji kecil’.

PAKAIAN IHRAM
Pakaian ihram pria adalah dua helai kain tidak bersambung, masing-masing sebagai sarung (izar) dan selendang (rida’). Pakaian ihram wanita boleh busana apa saja (bebas), asalkan menutupi seluruh tubuh selain muka dan pergelangan tangan.
Selama berihram, diperbolehkan: mengganti pakaian ihram; mandi atau membasuh kepala; memakai jam tangan, sandal, sepatu sandal, cincin, gelang, kalung, kacamata, anting-anting, alat pendengar, ikat pinggang, dompet, telepon selular, atribut, dan tanda pengenal.

LARANGAN-LARANGAN IHRAM
(1) Hubungan badani suami-istri. Jika melakukan ini, dendanya menyembelih unta atau sapi, dan umrahnya BATAL.
(2) Membunuh hewan dengan sengaja. Jika melakukan ini, dendanya menyembelih domba.
(3) Menikah, menikahkan, atau melamar. Jika melakukan ini, tidak ada denda, tetapi pernikahan dan pelamaran itu tidak sah (harus diulangi setelah selesai berihram).
(4) Memotong atau mencabut tanaman.
(5) Memotong atau mencabut kuku, rambut dan bulu.
(6) Memakai wangi-wangian atau parfum di badan dan pakaian.
(7) Berkata kotor (rafats), menyakiti orang lain (fusuq), atau bertengkar (jidal).
(8) Khusus pria: memakai pakaian bersambung (baju, celana, pakaian dalam) atau sepatu yang menutupi tumit.
(9) Khusus pria: memakai penutup kepala yang menempel atau melekat.
(10) Khusus wanita: memakai sarung tangan atau menutupi muka.
Jika melakukan larangan ihram No.4 sampai No.10:
Kalau lupa atau tidak sengaja, tidak apa-apa. Cukup istighfar.
Kalau terpaksa dilakukan, keluarkan fidyah untuk enam fakir miskin.

PERSIAPAN UMRAH
Pada salah satu tempat di luar Tanah Haram (Madinah dan Dzulhulaifah, atau Bandara King Abdul Aziz, atau di pesawat udara), kita melakukan hal-hal berikut:
1. Mandi, membersihkan badan, dan memakai wangi-wangian.
2. Memakai pakaian ihram.
3. Shalat sunnah ihram dua rakaat.
4. Ketika kendaraan bergerak menuju Makkah, ucapkanlah: LABBAIK ALLAHUMMA `UMRAH. Dengan mengucapkan ini, kita memulai ibadah umrah. Janganlah melakukan larangan-larangan ihram sampai kita tahallul di Marwah!

MENUJU DAN MEMASUKI MAKKAH
1. Sejak memulai ibadah umrah sampai nanti masuk Masjid al-Haram, kita membaca talbiyah sesering mungkin, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri.
2. Sesampai di Makkah, kita menuju pondokan atau hotel, mengurus barang, menyiapkan kamar, dan keperluan lainnya (mandi, makan, dsb). AWAS, KITA MASIH BERIHRAM.
3. Setelah cukup istirahat, kita menuju Masjid al-Haram. Sebaiknya kita sudah berwudu`, meskipun di Masjid al-Haram air berlimpah.
4. Usahakan masuk masjid lewat Babus-Salam. Jika jauh sehingga harus memutar atau situasi tidak memungkinkan, boleh lewat pintu mana saja.
5. Bacalah doa masuk masjid, serta doa ketika melihat Ka`bah. Jika tidak hafal atau terlupa, tidak apa-apa meskipun tidak membaca.
6. Kita segera menuju pelataran Ka`bah untuk melakukan thawaf.


T H A W A F
Thawaf adalah mengelilingi Ka`bah tujuh putaran, berlawanan arah dengan jarum jam (Ka`bah selalu di kiri kita), mulai dan berakhir di Hajar Aswad, dalam keadaan suci.

Hal-hal yang harus diperhatikan:
1. Hijir Ismail termasuk bagian Ka`bah yang harus ikut diputari.
2. Jika ragu mengenai jumlah putaran (misalnya apakah sudah 4 atau 5 putaran), selalu ambil yang terkecil (4).
3. Start dan finish setiap putaran harus pada Hajar Aswad.
4. Thawaf merupakan satu-satunya manasik haji atau umrah yang harus dilakukan dalam keadaan suci. Jika batal wudu`, segeralah wudu` lagi.
5. Jika misalnya batal wudu` pada putaran ke-4, maka sesudah wudu` ulangi putaran ke-4 dari Hajar Aswad. Tiga putaran terdahulu sah (tidak usah diulang).

Catatan: Ka`bah berukuran 12 x 10,5 x 15 meter.
Jari-jari lapangan thawaf dari 75 sampai 90 meter.

SUNNAH-SUNNAH THAWAF
(sedapat mungkin dikerjakan semua, tetapi jika ada yang tertinggal atau terlupa thawaf kita tetap sah).
(1) Memberi hormat (istilam) kepada Hajar Aswad di setiap awal putaran, dengan mengecup Hajar Aswad, atau mengusap Hajar Aswad dengan tangan kanan lalu dikecup, atau melambaikan tangan kanan ke arah Hajar Aswad lalu dikecup, sambil membaca Bismillah Wallahu Akbar.
(2) Khusus pria: bahu kanan terbuka (idhthiba’).
(3) Khusus pria: berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama ketika thawaf yang pertama kali saja.
(4) Mengucapkan doa, pujian kepada Allah, dan shalawat bagi Nabi. Kita bebas membaca apa saja yang kita mampu, tidak usah terikat pada bacaan tertentu.
(5) Mengusap Rukun Yamani atau melambaikan tangan dari jauh tanpa dikecup, sambil mengucapkan Bismillah Wallahu Akbar.
(6) Membaca Rabbana Atina fiddunya hasanah wa fil-akhirati hasanah waqina `adzaban-nar antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad.
(7) Selesai tujuh putaran, shalat sunnah dua rakaat di sekitar Maqam Ibrahim, dengan ayat Al-Kafirun dan Al-Ikhlash.
(8) Berdoa di Multazam (daerah antara Hajar Aswad dan Pintu Ka`bah).
(9) Minum air zamzam.


S A `I
Sa`i adalah bolak-balik antara Shafa dan Marwah tujuh kali, mulai dari Shafa dan berakhir di Marwah. (Shafa-Marwah berjarak 420 meter)

SUNNAH-SUNNAH SA`I
(1) Ketika menuju Shafa, bacalah Innash-shafa wal-marwata min sya`a’irillah dst.
(2) Di Shafa, kita menghadap Ka`bah, bertakbir tiga kali, lalu berdoa.
(3) Selama melakukan sa`i kita berdoa, memuji Allah, bershalawat bagi Nabi. Bacaannya apa saja yang kita mampu.
(4) Khusus pria: berlari-lari kecil antara Masil dan Bait Aqil (antara dua tanda hijau).
(5) Di Marwah, kita menghadap Ka`bah, bertakbir tiga kali, lalu berdoa.

(Shafa ke Hijau 1 = 100 m; Hijau 1 ke 2 = 80 m; Hijau 2 ke Marwah = 240 m)


TAHALLUL DI MARWAH
Setelah selesai thawaf dan sa`i, kita melakukan tahallul (menghalalkan larangan ihram) dengan bercukur atau menggunting rambut minimum tiga helai, dan SELESAILAH UMRAH KITA. Kita tidak lagi terikat pada larangan ihram. Kita boleh berpakaian bebas dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa.

KEGIATAN DI MAKKAH
Selama di Makkah, kita mengisi waktu-waktu luang dengan memperbanyak ibadah, seperti sholat berjamaah dan thawaf sunnah di Masjid al-Haram, sholat sunnah di Hijir Isma’il, sholat tahajjud, membaca dan mengkaji Al-Qur’an.
Kunjungilah tempat-tempat bersejarah seperti Mina, Muzdalifah, Arafah, pemakaman Ma’la, Masjid Jin, Gua Hira’, Gua Tsur, dan sebagainya.
Jika masih banyak waktu, kita boleh melakukan umrah lagi dengan memulai ihram dari Tan`im atau Ji`ranah.

MENINGGALKAN MAKKAH
Akhirnya, ketika kita hendak meninggalkan Makkah, lakukanlah THAWAF WADA’ (thawaf perpisahan). Wanita haid dan melahirkan dibebaskan dari kewajiban thawaf wada’. Berdoalah kepada Allah agar kita diberi kesempatan untuk kembali ke Baitullah pada masa-masa mendatang.***

PENULIS pembimbing haji dan umrah yang cukup berpengalaman.

Thursday, April 12, 2007

Populasi Muslim di Dunia

Updated dari artikel pada Tabloid "HIKMAH"
Minggu II Mei 1997 (2-8 Muharram 1418):


MENELUSURI POPULASI UMAT ISLAM DI DUNIA

o l e h
DRS. H. IRFAN ANSHORY


Dia (Allah) yang mengutus rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, agar diunggulkan-Nya di atas semua agama, dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (Al-Fath 29)

Tatkala datang pertolongan Allah dan kemenangan, engkau melihat manusia masuk ke dalam agama Allah berbondong-bondong.” (An-Nasr 1-2)


JANJI ALLAH dalam ayat-ayat Al-Qur’an di atas terbukti dengan kenyataan yang tidak terbantah bahwa sebagian besar halaman sejarah Islam selama lebih dari 14 abad diwarnai oleh kisah ekspansi dan kemenangan. Hanya satu abad sesudah wafatnya Nabi Muhammad s.a.w., pada pertengahan abad ke-8 kekuasaan Islam membentang di tiga benua, dari Spanyol sampai Xinjiang.

Meskipun pusat kekhalifahan di Baghdad dihancurkan oleh bangsa Mongol pada pertengahan abad ke-13, dengan takdir Allah laskar penakluk itu berbondong-bondong masuk Islam dan menyebarkan agama Allah ini di wilayah Rusia, Kaukasus dan Laut Kaspia, lalu anak cucu mereka menegakkan kesultanan Mongol (Moghul) di India dari abad ke-16 sampai abad ke-19.

Ketika umat Islam terusir dari Spanyol pada akhir abad ke-15, bersinarlah kesultanan Turki Usmani yang menaklukkan Konstantinopel, ibukota kekaisaran Romawi, lalu menguasai seluruh Semenanjung Balkan sampai awal abad ke-20. Bahkan ketika hegemoni politik Islam mulai redup pada abad ke-17, agama Islam melalui jalur perdagangan tersebar luas di daerah Asia Tenggara dan pantai timur Afrika.

Dr.Lothrop Stoddard, seorang orientalis terkemuka pada awal abad ke-20 dari Universitas Harvard, dalam bukunya yang sangat populer dan sering dikutip Bung Karno, The Rising Tide of Color (“Pasang Naik Kulit Berwarna”), London, 1926, hal. 65, mengomentari perkembangan Islam yang amat menakjubkan ini sebagai berikut:

The proselyting power of Islam is extraordinary, and its hold upon its votaries is even more remarkable. Throughout history there has been no single instance where a people, once become Muslim, has abandoned the faith. Extirpated they may have been, but extirpation is not apostasy. This extreme tenacity of Islam, this ability to keep its hold once it has got a footing, must be borne in mind when considering the future of regions where Islam is today advancing (“Kekuatan dakwah Islam sungguh luar biasa, dan daya ikatnya terhadap pemeluk-pemeluknya bahkan lebih hebat lagi. Sepanjang sejarah tidak pernah ada satu contoh pun di mana suatu masyarakat, sekali menjadi Muslim, telah meninggalkan agama ini. Mereka mungkin pernah dimusnahkan, tetapi pemusnahan bukanlah kemurtadan. Keteguhan Islam yang berlebihan ini, kemampuan untuk menjaga daya ikatnya sekali ia memperoleh tempat berpijak, haruslah diperhatikan sungguh-sungguh ketika mewacanakan masa depan kawasan-kawasan di mana Islam sekarang berkembang”).

Majalah Islamic Horizons edisi Juli-Agustus 1990, yang diterbitkan oleh Islamic Society of North America (ISNA) di Amerika Serikat, mengutip hasil penelitian dari Worldwide Church of God, badan misionari Nasrani yang berpusat di California, terhadap tiga Abrahamic religions (“agama-agama Ibrahim”) yang dipublikasikan oleh majalah mereka, The Plain Truth. Menurut hasil penelitian itu, dalam kurun waktu 50 tahun (1934-1984) pemeluk agama Yahudi hanya meningkat 4%, sementara pemeluk Nasrani meningkat 47%, sedangkan pemeluk Islam meningkat 235%!

Meskipun Islam merupakan agama universal yang paling muda usianya, kini Islam menempati peringkat kedua terbanyak jumlah pemeluknya sesudah Nasrani. Dari seluruh penduduk bumi yang pada tahun 2005 mencapai 6,350 miliar, umat Islam berjumlah 1,550 miliar (24%), di bawah umat Nasrani (Katolik, Protestan, Ortodoks, Anglikan, Kibti, Maroni, Advent, dsb.) yang berjumlah 2,220 miliar (35%).

Di benua Asia dan benua Afrika, Islam menempati peringkat pertama sebagai agama yang paling banyak pemeluknya, masing-masing berjumlah 1,068 miliar (27%) dan 422 juta (47%). Angka-angka yang akurat untuk setiap negara, insya Allah, akan kita perinci berdasarkan data yang tercantum dalam buku The World Almanac and Book of Facts 2005 (World Almanac Books, New Jersey) serta TIME Almanac 2005 with Information Please (Houghton Mifflin, Massachusetts).

Di benua Eropa, Islam merupakan agama kedua terbesar meskipun pemeluknya hanya 50 juta. Sekitar 16 juta umat Islam berdiam di Rusia, 21 juta di Eropa Timur, sedangkan 13 juta lagi berdiam di Eropa Barat, terutama di Perancis, Jerman, dan Inggris. Majalah Newsweek, 29 Mei 1995, dengan artikel berjudul "Muslim Europe”, melaporkan bahwa Muslims outnumbered both Protestants and Jews in the predominantly Roman Catholic countries of Belgium, France, Italy and Spain. (“Jumlah umat Islam melampaui umat Protestan dan Yahudi pada negara-negara yang umat Katoliknya sangat dominan, yaitu Belgia, Perancis, Italia dan Spanyol”).

Di benua Amerika, umat Islam masih sedikit, sekitar delapan juta jiwa, sebab Islam di kawasan ini merupakan agama yang relatif baru. Menurut buku The World Almanac 2005, terdapat enam juta umat Islam di Amerika Serikat, 600 ribu di Kanada, 200 ribu di Meksiko, dan satu juta di kawasan Amerika Selatan: Brazil, Suriname, Trinidad-Tobago dan Guyana. Demikian pula di Australia dan kawasan Pasifik, jumlah umat Islam baru berkisar antara 500 ribu sampai satu juta.

Dr.John L.Esposito, editor buku The Oxford History of Islam (Oxford University Press, London, 1999), dalam Bab “Introduction”, mengatakan: Although Islam is the youngest of the major world religion, Islam is the second largest and fastest-growing religion in the world. To speak of the world of Islam today is to refer not only to countries that stretch from North Africa to Southeast Asia but also to Muslim communities that exist across the globe (“Meskipun Islam termuda di antara agama besar dunia, Islam merupakan agama terbesar kedua dan paling cepat pertumbuhannya di dunia. Pembicaraan tentang Dunia Islam hari ini merujuk bukan hanya kepada negeri-negeri yang membentang dari Afrika Utara ke Asia Tenggara tetapi juga kepada komunitas-komunitas Muslim yang ada di seluruh penjuru bumi”).

Majalah National Geographic bulan Januari 2002 dalam artikel “The World of Islam”, mengemukakan: Some 1.3 billion human beings, a fifth of mankind, embracing Islam that make it the fastest growing on Earth, with 80 percent of believers now outside the Arab world (“Sebanyak 1,3 miliar jiwa, seperlima umat manusia, memeluk Islam yang menjadikannya agama yang paling cepat pertumbuhannya di Bumi, dengan 80 persen orang-orang beriman sekarang berada di luar dunia Arab”).

Dalam majalah The Economist, edisi 13 September 2003, terdapat hasil survei “Islam and the West” yang menyatakan bahwa umat Islam di muka bumi berjumlah 1,5 miliar jiwa. Around one in four of the people in the world are Muslims. It is indeed the world’s fastest-growing religion (“Sekitar satu dari empat penduduk bumi adalah Muslim. Islam betul-betul agama yang paling cepat pertumbuhannya di dunia”), demikian komentar The Economist.

Majalah Time edisi 23 Mei 1988, dengan artikel berjudul “American Facing Toward Mecca”, mencatat jumlah 4.644.000 umat Islam pada saat itu serta lebih dari 600 buah Islamic Center di seluruh Amerika Serikat. Lalu majalah terkemuka itu memperkirakan: US Muslim are expected to surpass Jews in number and, in less than 30 years, become the country’s second largest religious community after Christians (“Muslim Amerika Serikat diperkirakan akan melampaui umat Yahudi dalam jumlah dan, dalam waktu kurang dari 30 tahun, menjadi komunitas agama terbesar kedua di negeri ini sesudah umat Nasrani”).

Perkiraan majalah Time di atas kini makin mendekati kenyataan. Hal ini diakui oleh majalah Nasrani terbesar di Amerika Serikat, Christianity Today, edisi bulan Maret 2005: Words unfamiliar to most Americans are now heard daily on the evening news: jihad, Islam, Allah, Quran, fatwa, imam, ummah, Ramadan. Today, there are approximately seven million Muslims and more than 13000 mosques in North America. Now the Muslims are our neighbors (“Kata-kata yang asing bagi kebanyakan orang Amerika kini terdengar sehari-hari pada berita petang: jihad, Islam, Allah, Qur’an, fatwa, imam, ummah, Ramadhan. Hari ini, terdapat sekitar tujuh juta Muslim dan lebih dari 13000 masjid di Amerika Utara. Sekarang orang-orang Muslim merupakan para tetangga kita”).


DUNIA ISLAM

Berdasarkan firman Allah bahwa “sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara” (Al-Hujurat 10), sudah selayaknya kita menelusuri keberadaan saudara-saudara seiman yang kini jumlahnya 1,550 miliar itu. Jika kita membuka peta dunia, kita akan melihat rantai wilayah yang sambung-menyambung menjadi satu, terbentang dari Afrika Barat dan Eropa Tenggara sampai ke Nusantara, yang dikenal sebagai Dunia Islam atau Islamic World, yaitu wilayah-wilayah yang penduduknya mayoritas beragama Islam.

Dari barat sampai ke timur, mulai dari Afrika: Maroko, Aljazair, Mauritania, Senegal, Gambia, Guinea, Sierra Leone, Pantai Gading, Mali, Burkina Faso, Niger, Nigeria, Chad, Tunisia, Libya, Mesir, Sudan, Eritrea, Ethiopia, Djibuti, Somalia, Zanzibar, dan Komoro. Lalu dari Eropa Tenggara: Bosnia-Herzegovina, Albania, Kosovo, Azerbaijan, Abkhazia, Kabardino-Balkaria, Ossetia, Ingushtia, Chechenia, Dagestan, Astrakhan, Samara, Chuvashiya, Tatarstan, dan Bashkortostan. Kemudian ke Asia: Turki, Suriah, Libanon, Palestina, Yordania, Saudi Arabia, Yaman, Oman, Persatuan Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Kuwait, Iraq, Iran, Pakistan, Afghanistan, Turkmenistan, Uzbekistan, Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, Xinjiang-Uighur, Gansu-Ningxia, Kashmir, Bangladesh, Maladewa, Rohingya, Patani, Malaysia, Brunai, Mindanao, dan Indonesia. Itulah Dunia Islam yang membentang dari Maroko sampai Merauke.

Dari 70 wilayah yang disebutkan di atas, 50 wilayah merupakan negara berdaulat yang penduduknya mayoritas umat Islam. Palestina masih memperjuangkan kedaulatan penuh di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sisanya, 19 wilayah, bergabung ke dalam suatu negara lain. Zanzibar bergabung dengan Tanganyika membentuk negara Tanzania. Kosovo merupakan bagian negara Serbia. Abkhazia bergabung dengan Georgia. Federasi Rusia mencakup 10 republik otonomi Muslim: Kabardino-Balkaria, Ossetia, Ingushtia, Chechenia, Dagestan, Astrakhan, Samara, Chuvashiya, Tatarstan, dan Bashkortostan. Xinjiang-Uighur dan Gansu-Ningxia adalah bagian Republik Rakyat Cina. Kashmir dikuasai India, Rohingya bagian Myanmar, Patani dikuasai Thailand, dan Mindanao masuk ke Filipina.

Data geografis ini menunjukkan bahwa mayoritas umat Islam berada di luar wilayah Timur Tengah. Dr. Daniel Pipes dari Universitas Harvard, dalam bukunya In the Path of God (Basic Books, New York, 1983) menjelaskan: Mention of Islam brings to mind Arabs, Persians, and Turks. Thus is it easy to miss many facts: Indonesia has the largest Muslim population of any country; the Indian subcontinent has more Muslims than does the entire Middle East; China has a larger Muslim population than the entire Arabian peninsula. Perhaps most surprising, five countries with the largest Muslim populations are outside the Middle East: Indonesia, India, Pakistan, Bangladesh, and Nigeria (“Jika menyebut Islam terbayanglah Arab, Persia, dan Turki, sehingga mudah terlupakan banyak fakta: Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar daripada negara mana pun; anak benua India mempunyai lebih banyak Muslim daripada seluruh Timur Tengah; Cina memiliki populasi Muslim lebih besar daripada seluruh Semenanjung Arabia. Barangkali paling mengejutkan, lima negara dengan populasi Muslim terbesar berada di luar Timur Tengah: Indonesia, India, Pakistan, Bangladesh, dan Nigeria”).

Kini kita telusuri 50 negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Dalam menguraikan data setiap negara, berturut-turut akan disebutkan: nama resmi negara, ibukota, tahun berdiri sebagai negara modern, zona waktu, luas negara dalam kilometer persegi, jumlah total penduduk tahun 2005, persentase Muslim, bahasa resmi, dan nama mata uang.

(1) AFGHANISTAN: Dowlat Eslami e Afghanestan (Negara Islam Afghanistan), Kabul, 1919, GMT+5, 647.497, 28.514.000, 99%, Pushtu, Afghani.

(2) ALBANIA: Republika e Shqiperise (Republik Albania), Tirana, 1912, GMT+1, 28.748, 3.545.000, 70%, Albania, Lek.

(3) ALJAZAIR: Jumhuriyah al-Jaza’iriyah (Republik Aljazair), Aljazair, 1962, GMT+1, 2.381.750, 32.130.000, 99%, Arab, Dinar.

(4) AZERBAIJAN: Azarbaychan Respublikasi (Republik Azerbaijan), Baku, 1991, GMT+3, 86.600, 8.870.000, 93%, Azeri, Manat.

(5) BAHRAIN: Dawlat al-Bahrayn (Negara Bahrain), Al-Manamah, 1971, GMT+3, 662, 700.000, 100%, Arab, Dinar.

(6) BANGLADESH: Prajatantra Bangladesh (Republik Bangladesh), Dhaka, 1971, GMT+6, 143.998, 141.341.000, 88%, Bengali, Taka.

(7) BOSNIA-HERZEGOVINA: Republika Bosna i Hercegovina (Republik Bosnia-Herzegovina), Sarajevo, 1992, GMT+2, 51.129, 4.008.000, 52%, Bosnia, Dinar.

(8) BRUNAI: Negara Melayu Islam Brunai Darussalam, Bandar Seribegawan, 1984, GMT+8, 5.765, 375.000, 80%, Melayu, Dolar.

(9) BURKINA FASO: Republique du Burkina Faso (Republik Burkina Faso), Ouagadougou, 1960, GMT, 274.200, 13.575.000, 50%, Perancis, Franc.

(10) CHAD: Republique du Tchad (Republik Chad), N’Djamena, 1960, GMT+1, 1.284.000, 9.539.000, 60%, Perancis, Franc.

(11) DJIBUTI: Djumhuriyah al-Djibuti (Republik Djibuti), Djibuti, 1977, GMT+3, 23.000, 575.000, 94%, Arab, Franc.

(12) EMIRAT ARAB: Imarat al-‘Arabiyah al-Muttahidah (Persatuan Emirat Arab), Abu Dzabi, 1971, GMT+4, 83.600, 3.524.000, 96%, Arab, Dirham.

(13) ERITREA: Jamhuriya Eritriya (Republik Eritrea), Asmara, 1993, GMT+3, 123.300, 4.448.000, 60%, Amhari, Birr.

(14) ETHIOPIA: Jamhuriya Etiyopiya (Republik Ethiopia), Addis Ababa, 1923, GMT+3, 1.157.585, 67.852.000, 50%, Amhari, Birr.

(15) GAMBIA: Republic of the Gambia (Republik Gambia), Banjui, 1965, GMT, 11.295, 1.547.000, 90%, Inggris, Dalasi.

(16) GUINEA: Republique de Guinee (Republik Guinea), Conakry, 1958, GMT, 245.857, 9.247.000, 85%, Perancis, Franc.

(17) INDONESIA: Republik Indonesia, Jakarta, 1945, GMT+7,8,9, 5.120.000, 238.453.000, 88%, Bahasa Indonesia, Rupiah.

(18) IRAN: Jumhuriyeh Eslami e Iran (Republik Islam Iran), Tehran, 1925, GMT+4, 1.648.000, 72.504.000, 99%, Persia, Riyal.

(19) IRAQ: Jumhuriyah al-Iraqiyah (Republik Iraq), Baghdad, 1932, GMT+3, 438.446, 26.375.000, 97%, Arab, Dinar.

(20) KAZAKHSTAN: Qazaqstan Respublikasy (Republik Kazakhstan), Almaty, 1991, GMT+5, 2.717.300, 20.144.000, 62%, Kazakh, Tenge.

(21) KIRGIZSTAN: Kyrgyzstan Respublikasy (Republik Kirgizstan), Bishkek, 1991, GMT+5, 198.500, 5.082.000, 75%, Kirgiz, Som.

(22) KOMORO: Republique Islamique des Comores (Republik Islam Komoro), Moroni, 1975, GMT+3, 2.170, 652.000, 98%, Perancis, Franc.

(23) KUWAIT: Dawlat al-Kuwayt (Negara Kuwait), Madinah Kuwayt, 1961, GMT+3, 17.820, 2.258.000, 95%, Arab, Dinar.

(24) LIBANON: Jumhuriyah al-Lubnaniyah (Republik Libanon), Bayrut, 1943, GMT+2, 10.400, 4.778.000, 70%, Arab, Pound.

(25) LIBYA: Jumhuriyah al-Libiyah al-Isytirakiyah (Republik Sosialis Libya), Tarabulus, 1951, GMT+1, 1.759.998, 6.632.000, 97%, Arab, Dinar.

(26) MALADEWA: Maladhivehi Jumhuriya (Republik Maladewa), Male, 1968, GMT+5, 300, 360.000, 100%, Dhivehi, Rufiya.

(27) MALAYSIA: Persekutuan Tanah Malaysia, Kuala Lumpur, 1957, GMT+8, 332.370, 23.523.000, 60%, Melayu, Ringgit.

(28) MALI: Republique du Mali (Republik Mali), Bamako, 1960, GMT, 1.240.142, 11.957.000, 90%, Perancis, Franc.

(29) MAROKO: Mamlakah al-Maghribiyah (Kerajaan Maroko), Rabat, 1956, GMT, 458.730, 33.210.000, 99%, Arab, Dirham.

(30) MAURITANIA: Jumhuriyah al-Islamiyah al-Muritaniyah (Republik Islam Mauritania), Nouakchott, 1960, GMT, 1.030.700, 3.000.000, 100%, Arab, Ouguyia.

(31) MESIR: Jumhuriyah Misr al-‘Arabiyah (Republik Arab Mesir), Qahirah, 1922, GMT+3, 1.002.000, 70.118.000, 94%, Arab, Pound.

(32) NIGER: Republique du Niger (Republik Niger), Niamey, 1960, GMT+1, 1.267.044, 11.360.000, 80%, Perancis, Franc.

(33) NIGERIA: Federal Republic of Nigeria (Republik Federal Nigeria), Abuja, 1960, GMT+1, 923.853, 137.254.000, 55%, Inggris, Naira.

(34) OMAN: Sulthanat al-‘Uman (Kesultanan Oman), Musqat, 1951, GMT+4, 212.458, 2.904.000, 95%, Arab, Riyal.

(35) PAKISTAN: Jamhuriya Islami e Pakistan (Republik Islam Pakistan), Islamabad, 1947, GMT+5, 803.942, 159.197.000, 97%, Urdu, Rupee.

(36) PANTAI GADING: Republique de Cote d’Ivoire (Republik Pantai Gading), Abidjan, 1960, GMT, 322.464, 17.328.000, 60%, Perancis, Franc.

(37) QATAR: Imarat al-Qatar (Negara Qatar), Dawhah, 1971, GMT+3, 11.437, 841.000, 95%, Arab, Riyal.

(38) SAUDI ARABIA: Mamlakah al-‘Arabiyah as-Sa’udiyah (Kerajaan Saudi Arabia), Riyadh, 1932, GMT+3, 2.250.070, 25.796.000, 100%, Arab, Riyal.

(39) SENEGAL: Republique du Senegal (Republik Senegal), Dakar, 1960, GMT, 196.722, 10.853.000, 94%, Perancis, Franc.

(40) SIERRA LEONE: Republic of Sierra Leone (Republik Sierra Leone), Freetown, 1961, GMT, 73.326, 5.884.000, 60%, Inggris, Leone.

(41) SOMALIA: Jumhuriyah as-Sumaliyah (Republik Somalia), Muqaddisu, 1960, GMT+3, 637.655, 11.305.000, 99%, Arab, Shilling.

(42) SUDAN: Jumhuriyah as-Sudan (Republik Sudan), Khartoum, 1956, GMT+2, 2.505.813, 39.149.000, 70%, Arab, Pound.

(43) SURIAH: Jumhuriyah al-‘Arabiyah as-Suriyah (Republik Arab Suriah), Damsyiq, 1946, GMT+2, 185.000, 18.017.000, 90%, Arab, Pound.

(44) TAJIKISTAN: Jumhuriyeh Tojikiston (Republik Tajikistan), Dushanbe, 1991, GMT+5, 143.100, 7.012.000, 90%, Tajik, Rubel.

(45) TUNISIA: Jumhuriyah at-Tunisiyah (Republik Tunisia), Tunis, 1956, GMT+1, 164.150, 9.975.000, 98%, Arab, Dinar.

(46) TURKI: Turkiye Cumhuriyeti (Republik Turki), Ankara, 1923, GMT+3, 779.452, 68.894.000, 99%, Turki, Lira.

(47) TURKMENISTAN: Turkmenistan Jumhuriyati (Republik Turkmenistan), Ashkabad, 1991, GMT+4, 488.100, 4.864.000, 90%, Turkmen, Manat.

(48) UZBEKISTAN: Ozbekistan Respublikasy (Republik Uzbekistan), Tashkent, 1991, GMT+5, 447.400, 26.411.000, 88%, Uzbek, Sum.

(49) YAMAN: Jumhuriyah al-Yamaniyah (Republik Yaman), San’a, 1967, GMT+3, 527.970, 20.025.000, 100%, Arab, Riyal.

(50) YORDANIA: Mamlakah al-Urduniyah al-Hasyimiyah (Kerajaan Bani Hasyim Yordania), Amman, 1946, GMT+2, 97.740, 5.612.000, 94%, Arab, Dinar.


JUMLAH UMAT ISLAM DI SETIAP NEGARA TAHUN 2005

(1) Indonesia 209.840.000 88%
(2) India 170.412.000 16%
(3) Pakistan 154.422.000 97%
(4) Bangladesh 124.380.000 88%
(5) Nigeria 75.490.000 55%
(6) Iran 71.780.000 99%
(7) Turki 68.206.000 99%
(8) Mesir 65.910.000 94%
(9) Cina 51.954.000 4%
(10) Ethiopia 33.927.000 50%
(11) Maroko 32.878.000 99%
(12) Aljazair 31.810.000 99%
(13) Afghanistan 28.230.000 99%
(14) Sudan 27.405.000 70%
(15) Saudi Arabia 25.796.000 100%
(16) Iraq 25.584.000 97%
(17) Uzbekistan 23.242.000 88%
(18) Yaman 20.025.000 100%
(19) Suriah 16.216.000 90%
(20) Rusia 15.816.000 11%
(21) Tanzania 14.636.000 40%
(22) Malaysia 14.114.000 60%
(23) Kazakhstan 12.490.000 62%
(24) Somalia 11.192.000 99%
(25) Mali 10.762.000 90%
(26) Pantai Gading 10.397.000 60%
(27) Senegal 10.200.000 94%
(28) Tunisia 9.776.000 98%
(29) Niger 9.088.000 80%
(30) Azerbaijan 8.250.000 93%
(31) Guinea 7.860.000 85%
(32) Burkina Faso 6.788.000 50%
(33) Libya 6.434.000 97%
(34) Tajikistan 6.310.000 90%
(35) Ghana 6.228.000 30%
(36) Amerika Serikat 5.860.000 2%
(37) Kongo (Zaire) 5.832.000 10%
(38) Chad 5.725.000 60%
(39) Yordania 5.276.000 94%
(40) Kenya 5.124.000 16%

(41) Perancis 4.835.000 8%
(42) Turkmenistan 4.378.000 90%
(43) Filipina 4.310.000 5%
(44) Uganda 4.225.000 16%
(45) Kirgizstan 3.812.000 75%
(46) Mozambik 3.762.000 20%
(47) Sierra Leone 3.530.000 60%
(48) Emirat Arab 3.384.000 96%
(49) Libanon 3.345.000 70%
(50) Jerman 3.300.000 4%
(51) Thailand 3.244.000 5%
(52) Kamerun 3.213.000 20%
(53) Palestina 3.100.000 85%
(54) Mauritania 3.000.000 100%
(55) Oman 2.760.000 95%
(56) Eritrea 2.670.000 60%
(57) Albania 2.482.000 70%
(58) Inggris 2.420.000 4%
(59) Malawi 2.382.000 20%
(60) Serbia-Montenegro 2.165.000 20%
(61) Kuwait 2.145.000 95%
(62) Bosnia-Herzegovina 2.085.000 52%
(63) Ukraina 1.910.000 4%
(64) Myanmar 1.700.000 4%
(65) Sri Lanka 1.600.000 8%
(66) Benin 1.450.000 20%
(67) Gambia 1.393.000 90%
(68) Bulgaria 1.360.000 13%
(69) Madagaskar 1.225.000 7%
(70) Togo 1.110.000 20%
(71) Nepal 1.080.000 4%
(72) Afrika Selatan 1.000.000 2%

(73) Israel 930.000 15%
(74) Belanda 850.000 5,5%
(75) Makedonia 820.000 30%
(76) Qatar 800.000 95%
(77) Brazil 800.000 0,5%
(78) Singapura 785.000 18%
(79) Georgia 750.000 11%
(80) Bahrain 700.000 100%
(81) Liberia 680.000 20%
(82) Komoro 640.000 98%
(83) Guinea-Bissau 625.000 45%
(84) Burundi 600.000 10%
(85) Kanada 600.000 2%
(86) Afrika Tengah 560.000 15%
(87) Djibuti 540.000 94%
(88) Zambia 525.000 5%
(89) Kamboja 520.000 4%
(90) Italia 500.000 1%
(91) Australia 425.000 1,5%
(92) Spanyol 400.000 1%
(93) Maladewa 360.000 100%
(94) Belgia 350.000 2,5%
(95) Siprus 340.000 30%
(96) Austria 325.000 4%
(97) Rwanda 320.000 4%
(98) Brunai 300.000 80%
(99) Kroasia 300.000 5%
(100) Jepang 250.000 0,2%
(101) Mauritius 220.000 17%
(102) Denmark 200.000 4%
(103) Meksiko 200.000 0,2%
(104) Yunani 165.000 1,5%
(105) Mongolia 150.000 4%
(106) Armenia 140.000 3%
(107) Swiss 140.000 2%
(108) Zimbabwe 130.000 1%
(109) Swaziland 120.000 10%
(110) Suriname 100.000 20%
(111) Swedia 80.000 1%
(112) Fiji 75.000 8%
(113) Trinidad-Tobago 75.000 6%
(114) Gabon 75.000 5%
(115) Guyana 70.000 10%
(116) Kongo 60.000 2%
(117) Korea Selatan 60.000 0,1%
(118) Taiwan 50.000 0,2%.

Di negara-negara yang tidak tercantum, umat Islam sangat sedikit (di bawah 50.000 jiwa) atau tidak terlacak datanya.


K E S I M P U L A N

Indonesia merupakan Negara Muslim (Muslim State) atau Negeri Islam (Islamic Country) yang terbesar di muka bumi, ditinjau dari segala segi, baik dari jumlah umat Islam maupun dari luas wilayah (satu-satunya Negara Muslim yang memiliki tiga zona waktu). Itulah sebabnya umat Islam Indonesia mempunyai tanggung jawab moral untuk mempelopori kebangkitan kembali Dunia Islam pada alaf (millennium) ketiga dewasa ini.

Nasrun mina l-Laahi wa fat-hun qariib.***

Sunday, April 8, 2007

Susastra Lampung: "Hiwang"

“HIWANG” (SYAIR RATAPAN)
SALAH SATU BENTUK KESUSASTRAAN LAMPUNG

Ditranskripsikan dari naskah abad ke-19

beraksara “ka-ga-nga”
oleh DRS. H. IRFAN ANSHORY

(BATIN KESUMA NINGRAT)
Penyimbang Pekon Sukabanjar, Gunung Alip, Kab.Tanggamus



H I W A N G (I)

PERAHU anak cina, perayayi gumpeni, tangisku di dunia, hiwang kusanik nyanyi, naris nyak hilang nyawa, disan luhku tihili, budidayaku bela, pedomanku mak lagi, tepik pai kandang marga, nyak lapah dang peduli, hiwangku di duwara, amit di lawangkuri, lijung lain hak suya, ngandankon retok hati, kipak pekon kutangga, mak buguna di kuti, nyak buwok belah siwa, bitah di tengah resi, acak nyimbin dipa ya, nutuk nahasni rani, lapah pudaya-daya, wai robok kugindami, mak gegoh rik keduwa, wat kodo hulun redi, ramik rompok ngewada, lamon sai ngagi-agi, ratong segala cuba, sakik semanjang hari, mak nemu sari gula, wai kusangka tengguli, luh tumban mak kurasa, tulung umatmu nabi, ki pagun reji juga, repa haga lajuni, nyumang jak indai kanca, mak ikin tipubiti.

Anak murip cakak bang, hulun ngelajar ngaji, kayu ranting tikambang, kilu hidup nyak puwari, rena huwongni bawang, lagi wat sai ngimani, najin nayah sai malang, mak sampai injuk nyak ji, miwang nyak saradedok, naku luh netos tanggai, kada nyak radu titok, tikambang tumbankon pai, injuk lonok di huwok, nampit kidang kabilai, ngehanja unyin rompok, dalih lalang ngelahai, haga dipa nyak segok, malu putungga indai, luh bela badan langok, manuk lebon kelabai, alam pangkuan batin, puteri simbur cahya, ramik nihan perwatin, kidang mak guna diya, sakikni diri miskin, sedih seribu laksa, di dunia tisimbin, hurik mak ngedok daya, rompok ngelahai unyin, ngewada bujang papa, santor nyak ngaji yasin, ngembaca allahumma, hiwang mak pandai balin, segala serba tuna, bulayar nutuk angin, sai kuancam humbak bena.

Nutuk gindamni bulan, ginjarni matarani, diri mawat sai ngiman, tepik mak kena cari, radu bulimban jaman, makkung wat injuk reji, mulang mak bujenganan, turui di biding heni, sinjang burak keimbunan, kain mak nyangu lagi, haga ngangas mak ngasan, haga mengan mak bumi, nginum lain pemampan, akik wai rasa ruwi, mandang wai delom taman, gagit munih nyak lawi, lijung induh harungan, mampir dipa do diri, ramik sai nyuya badan, rompok beji sunyinni, kemarau pitu bulan, ditiup labung pagi, kena hujan kebiyan, kati layauni hati, sakikku lain hanggan, rawang luh mak buhinti, tikas tali cancanan, nyemberang patoh titi, mak dapok kupabanggan, mena luhku tihili, jak lunik sumban-umban, asing rang purarepi, budu’a jama tuhan, allahumma ya rabbi, hambamu kilu andan, serah sekujur diri.



H I W A N G (II)

TENGIS pai nyak bubanggan, kemalanganni diri, sejar guai bitian, rompok parda ngedengi, anggop panas kebiyan, bang labung tegi rani, niku sumang haluan, mak seteguh di janji, matti mudah bulimban, tunai mutuskon tali, hamu mak ngiri nganan, bang kirani sebudi, ingok ram setunggaan, niku mulang jak mandi, nyelinggomkon basohan, ngimbangkon culuk kiri, niku senyum nyangkiman, lesung pipit di pipi, jak isan hati nakan, dundom mawat sintani, sampai mak bangik mengan, pedom mak lelop lagi, dawah jadi pikiran, debingi kuhanipi, kinandi siri nihan, nenggarah matarani, niku yu mas berlian, nyak kindo kawak besi, manjau nyak di perugan, niku rambak nyangkeli, kuruntakon kicik’an, repa inda-indani, ki nyak numpang labuhan, ram nyambung tali hati, kantu wat ranting dahan, burung numpang budandi, nyak harap kilu andan, pubandung diku lawi, nyak haga kehurik’an, haku lagi sekeji.

Api timbalmu ading, lagi kala dinana, ram nyirokkon kagering, peparda ngandan cinta, munyai kelawan maring, santor pubandung kita, sanajin bumi gincing, hurik mati jejama, rena do hamu ading, janjimu waktu sina, bang kirani ngegunting, mak sepegung di cawa, bawak siang jak daging, nyak ngedengi berita, kita urung pusanding, niku pindah ranglaya, hamu ram mak sebanding, bang seucak di bangsa, gegoh ngembelah pering, tiangkat nyin binasa, daikin dipusahing, kalah nyak radu nyata, nyak tungkah niku gading, nyak lesom niku gula, ibarat nanjak tebing, cakak pugapa-gapa, jak tengah haguk biding, mak tantu inda-inda, sipa alam kutinding, sipa bumi kutangga, asing rang panas cuping, nengis rompok ngehanja, kapan do hati hening, radu genok derita, ki wat sepahmu ading, nyak kilu guai bura.

Injuk mak haga lipang, gegoh mak haga reji, sakik lipang jak kundang, gegoh mati puwari, nyak ditahkon di rangrang, kuk dirilong mak lagi, niku mak temon sayang, ngampalaju nyak lawi, senginahni nyak lalang, ducakkon bangik hati, padahal hati cadang, susah haga kubiti, mengan mi rasa pahang, nginum wai rasa ruwi, kusonkon luhku miwang, pakai kulamku mandi, sangun riya ki malang, lelakun tiperinci, badan mak nungga senang, sakik mampir di diri, kidang kayak ram lipang, jak ki nyak sakik hati, mak nyesol nyak dibuang, ki cintamu mak lagi, kekalau nyak mak bimbang, hatiku tetop bani, mak urung kuterajang, sanajin kuta besi, budu’a rik sembahyang, allah tuhanku rabbi, jak kelom jadi terang, ki sabar di takdirni.



H I W A N G (III)

PUNGGUK kebunyi debi, miwang narindu bulan, tanjor turun di bumi, bang reji punyandangan, moloh mak dapok lagi, anggok mak seralisan, mula pagun kubiti, mak ngedok seraduan, radu janji rupani, bagian mula riya, suratan jak ilahi, takdirni sai kuasa, mengan debi mak pagi, pedom dimaling mata, mit di sai purarepi, mak ngedok sai ngiman ya, allah tuhanku rabbi, tubat gantungan nyawa, nalikut niku diri, bupengatu di sapa, nyak numpang kehurik’an, sapa kuti sai sudi, mulang dipa do jengan, lijung dipa do sungi, lamban cadang perugan, cincin cabut jak jari, nyak nyandang kemalangan, sara mawat buhinti, hariyuk sanding hujan, runih metu debingi, dang dicancan nanggungan, acak kaskon sekali, dang niku miwang badan, suratan gegoh reji, tetop-tetop buiman, dang ginjang-ginjuh lagi.

Pusikam sikinduwa, pusibanni melayu, tangisni diri papa, pusiang mari radu, turiyang metah huma, teretuhni pembuyu, ratong segala hanja, tingkok segaga guyu, segara lenak-lenau, laok tengkadak pagi, ginalah tisambayau, mawat inggonku lagi, labung neda kemarau, luh jatuh kanan kiri, jak redik kisir andau, ya do lelakunku ji, robok kuanggop rilau, ngembabang nawai diri, gedahni hati layau, malang turun di bumi, jak lunik sinjang lilik, balak nanggung celaka, mak kukelimak hurik, lain setahun ruwa, jaoh kelawan redik, nyak sarat bukakira, jahat kucakkon betik, rena ki hati suya, susahku lain hanggik, mak pandai parda-parda, kinandi liwan sakik, kebuang mak budusa, kapan do nungga bangik, malu nyak dindai kanca, sengsara anjak lunik, matti salah ranglaya.

Sanak pungaji surat, permulaan kaganga, induh kapan ya tamat, hiwangni bujang papa, mak kalipin ki hajat, nyebut kelawan du’a, radu habis piyasat, butulak busesangga, pengatu kilu tulung, sapa kuti sai rila, pinsan pindua makkung, mentelu tangih nana, lapok mak jadi untung, luang mak jadi tuna, teretuh lambung bulung, tumban mawat buguna, bulayar luah tanjung, nyirang segara bena, ratong humbak gumulung, jung kasat mak ketimba, bintang sayukku lawi, bulan mak payu bara, samang handak kebunyi, murai gading nyuwara, nyawa mak nekon diri, mak temon di haringa, mak sampai rasan hati, najin nyepok mak mansa, sedih mawat buhinti, rambak luh miwang juga, debingi dawah rani, payah delom dunia, dang diperingoh lagi, haga tiapikon diya, bagian mula reji, dipapa sai kuasa.



H I W A N G (IV)

BISMILLAH kalam gincing, nulis laluwang cina, sakik diriku ading, nyandang papa dunia, ibarat bulung kering, haga tikebang dipa, nyak harap kilu bimbing, nyin hatiku nerima, bulung layu di batang, asing pikku ji tuna, niku yu kumbang ralang, nyak numpang rindu bunga, kidang timbalmu kundang, lagi kala dinana, niku mak terus terang, halus nihan rusia, kita pusimbat kicik, jamonjom tontong muka, peparda haga betik, hurik kilu sangkuta, ana pakat ram adik, bang ganta api rupa, niku milih sai hanggik, sama timbang di bangsa, kuruk di bulan ruwah, luah di bulan haji, api lagi tipenah, bulan sipa sai tianti, mulani kupabalah, mak ginjangni sengaji, bunuh ganta nyak kidah, nyin hak mati sekali, cawamu di nyak adik, bujang mati meranai, niku ngerubah kicik, andai-andaimu sampai, sai demon diku ramik, radu saka nyak pandai, niku tepik mak bangik, nyak tumban dipukacai.

Nyak harap kilu tawai, guai sibirni hati, nasib ram sapa pandai, induh rangni tihili, sakikni ram pucerai, mawat dapok kubiti, ginalahku lain sai, mak nemu hening lagi, ki dapok rilongi pai, ki wat kasihmu lawi, mawat dapok kubagai, malangni diri sinji, kidang nyak mawat rabai, sabar dalih pastiti, jemoh kelawan sawai, kekalau sugih diri, perahu layar cambai, anak kuda melayu, sai ganggu kindo tunai, sai betik mak dihalu, banjir balak niku wai, nyak hanyuk dipulaju, cawamu nengguli wai, budimu numor satu, remok buwok dipakai, remok bamban sai dianggu, tehanyuk lain di wai, nyak kena di hakalmu, labung sai nerai-terai, ngelitoh paku layu, niku lalang ngelahai, nyak miwang nampon dagu, punyanamu mak pandai, radu saka nyak tahu, yu payu kusandang pai, sinji sai pembagimu.

Daikin haku gila, pagun mak juga hamu, api rupani ganta, guai main-mainmu, kuteduh kumbang hara, kirani bunga tebu, kuteduh temon haga, kirani ngampalaju, sangun haku jak saka, daikin tipulaju, kantu mak temon cinta, layau sasar diriku, ganta buktini nyata, cawamu na ngangguyu, kebuang do nyak ganta, cadang angon andahmu, sakik mak ngedok timbang, miwang api gunani, asing rang pukakebang, lalayang putus tali, nyak yu keliang habang, huwok tirahmu napi, bujang papa tikambang, mak patut rangmu mati, helu mak temu lesung, yu payu kuterima, sasar ram ki pubandung, beringin banjar capa, nyak bukit niku gunung, kita sumang dunia, kantu ram parda langsung, masing-masing ranglaya.


H I W A N G (V)

NYUMBAH sikindua pun, tuhanku sai kuasa, mahap kelawan ampun, diriku mandi dusa, kantu salah lelakun, gelarni manusia, hambamu kilu santun, rabai kuruk neraka, tangis kusanik pantun, tejang jadi cerita, ki malang santor pagun, asing rang sasar daya, bela bulan rik tahun, genok segala cuba, mak gegoh injuk hulun, nyumang jak indai kanca, awi pisah jak rumpun, buluh mak ngedok rega, lapah putembuk tundun, ninggalkon kandang marga, sangun radu suratan, matti sakik kinandi, bagian anjak tuhan, sinji janjimu hani, kekalau teguh iman, lelakun numpu diri, lumapah tudung tangan, haga dipa nyak lawi, ralik lamban bidang jan, mak taru walawiri, dipa pok kemanoman, disan jengan buhinti, mejong di penyiringan, mengan saguni punti, hinekan buah runtan, sai kuinum imbun pagi, puwari rik kemaman, mak ngiman di nyak lagi, induh lajumu badan, asing rang hulun beji.

Asing niat mak sampai, sipa hajatku tuna, muluk lindung delom wai, dipa ya haga mansa, mak ikin tipubagai, sakik selama-lama, pangretisanni tanggai, kebuang induh dipa, badan mawat sai ngungai, rompok ngojok ngewada, gumindam luh narenai, batui mak pandai bela, jukuk tuwoh di heni, sangsang nebak ranglaya, surau lebon santeri, pekon mak bupunggawa, nenggarah bintang pagi, pelita kurang cahya, kumbangku mekar debi, layu mawat buguna, sakik do niku diri, tubuh kurungan nyawa, tirajuh munih hati, cawa temon dihada, takung bandung di mayang, kayu nangga duwara, tandang mak dapok mulang, kipak mati mak haba, kubabangkon di lalang, sanajin hati papa, mak taru rambak hiwang, mak tintang luh di mata, injuk keliang habang, hambor mak ngedok daya, induh sungi tikambang, harunganku mak nyata.

Tepik pai niku pekon, nyak lapah ngumban diri, minak muwari lamon, kidang api gunani, ramik kurasa hiyon, hurik samar di mati, badan mak bupenganton, liom mawat timbangni, segalani mak temon, ranggom ki beji hati, kayak diriku lebon, mak buguna di kuti, reji ki diri malang, sengsara mak buradu, acak nyak lapah midang, kekalau tungga guru, alam sipa kusirang, tujuan makkung nantu, nyemberang laok bandang, induh dipa ya laju, layar kubabar pinsan, mawat kugulung lagi, layau do niku badan, titok mak kena cari, ngeliak diri tumban, lalang waya do kuti, mak ngedok sai nemadan, heni hilang sangbiji, nyebut pai nama tuhan, ya amantu billahi, kugantungkon harapan, allahumma ya rabbi.


H I W A N G (VI)

NYALINGAR bunyi canang, perintahni penghulu, cempala dang ticapang, nanti tulahan kantu, wai turun jak pematang, humara sai dituju, hana-hanani kundang, kupetunggal di niku, nenggarah bulan terang, halinumu teliyu, lapah nyak sanga jimpang, mak lupa di janjimu, jejama ngandan sayang, kekalau jadi judu, bang kindo nyak dibuang, niku goi ngampalaju, payu kidah ram lipang, lajukon do rasanmu, mak ngeba nyak tikambang, lungah rusing ga niku, kekalau niku senang, tagan diya sai radu, niku tisasah lalang, nyak layau mak bunantu, ranting serkah jak pampang, buwok jatuh jak hulu, asing rang pukakebang, sara mak taru-taru, salesok’an nyak miwang, mejong di lambung batu, burak sinjang sarilang, pengipus luh di dagu, batui mak pandai luang, matti sakik tinemu, nyak harap kilu babang, mid dipa bupengatu.

Nyak tepik di ranglaya, reji kodo padahni, dipupuh nasib papa, wai di lambung keladi, cawamu helau nana, hamu lagi sekeji, ngandan kumbang jejama, haga dang lipang lagi, kagering kita ruwa, mak ngedok anti kari, tilekokkon di dada, tisirokkon di hati, mula kutunggu juga, kekalau rasan jadi, imbun jadi humara, hanau jadi tengguli, bang niku nipu daya, ngampalaju nyak lawi, ninggalkon kulam tuna, ngembedak batangari, niku mudah tikena, tunai ngerubah janji, keguda andah harta, niku ngembuang diri, tawaimu di nyak repa, timbalmu di nyak api, mak nihan kahantara, matti nalom ngembudi, yu payu kuterima, acak nyimbin karnani, kantu niku hina ga, ki nyak tindihmu mati.

Jukung pepahni runtan, sampan kandas di heni, tikacah niku badan, ngelimak niku diri, genokni tinanggungan, ginalah injuk reji, titok mawat sai ngiman, bela luh mak gunani, niku balin pilihan, mak liwih di nyak lagi, mak watir di nyak tumban, mak haba di nyak mati, judu ram mak kasiwan, pulipang mak sintani, bang lebon di kebiyan, betik ram selama ji, kabar jak kiri kanan, beritamu kudengi, niku mena bulamban, cakak di pancaniti, radu ngalih jenganan, radu pindah nenggeri, kagering putus pinsan, mit di nyak mak peduli, acak do kaskon hanan, nyin hak lebon jak bumi, bitah tinggal di huyan, kebuang mak bureti, magoh nyak delom pulan, ngindayi burung debi, halok mak kehaluan, hunjak munih sakikni, sembahyang di pangkalan, sujud di tengah bingi, budu’a jama tuhan, sinji hambamu rabbi, kilu munyai merawan, mak gambang tahan uji, kekalau kedoloran, nyak nemu lesai hati.***

Wednesday, April 4, 2007

Serba-Serbi Kimia

SERBA-SERBI KIMIA
Dikumpulkan oleh
IRFAN ANSHORY



ETIMOLOGI NAMA UNSUR-UNSUR KIMIA

Hidrogen, H (Yunani: hydor = air; genes = pembentuk}
Helium, He (Yunani: helios = matahari)
Litium , Li (Yunani: lithos = batu)
Berilium, Be (Latin: beryl = manis)
Boron, B (Arab: buraq = jernih)
Karbon, C (Latin: carbo = batubara)
Nitrogen, N (Yunani: nitron = basa; genes = pembentuk)
Oksigen, O (Yunani: oxys = asam; genes = pembentuk)
Fluor, F (Latin: fluere = mengalir)
Neon, Ne (Yunani: neos = baru)

Natrium, Na (Latin: natri = basa)
Magnesium, Mg (Magnesia, daerah di Yunani)
Aluminium, Al (Latin: alum = pahit)
Silikon, Si (Latin: silex = batu api)
Fosfor, P (Yunani: phosphoros = pembawa cahaya)
Belerang, S (Latin: sulphur = belerang)
Klor, Cl (Yunani: chloros = hijau)
Argon, Ar (Yunani: argos = malas)
Kalium, K (Arab: qali = abu)
Kalsium, Ca (Latin: calx = kapur)

Skandium, Sc (Skandinavia)
Titanium, Ti (Yunani: titan = besar tubuh, raksasa)
Vanadium, V (Vanadis, dewi cinta Skandinavia)
Krom, Cr (Yunani: chroma = warna)
Mangan, Mn (Latin: magnes = bermagnet)
Besi, Fe (Latin: ferrum = besi)
Kobal, Co (Jerman: kobold = ruh jahat)
Nikel, Ni (Jerman: kupfernickel = tembaga palsu)
Tembaga, Cu (Yunani: Kypros = Siprus)
Seng, Zn (Jerman: zink = seng)

Galium, Ga (Latin: Gallia = Perancis)
Germanium, Ge (Latin: Germania = Jerman)
Arsen, As (Arab: az-zirnikh = kuning emas)
Selenium, Se (Yunani: selene = bulan)
Brom, Br (Yunani: bromos = pesing)
Kripton, Kr (Yunani: kryptos = tersembunyi)
Rubidium, Rb (Latin: rubidus = merah)
Strontium, Sr (Strontian, daerah di Skotlandia)
Itrium, Y (Ytterby, daerah di Swedia)
Zirkonium, Zr (Arab: zarqun = kemilau)

Niobium, Nb (Niobe, dewi Yunani)
Molibdenium, Mo (Yunani: molybdos = timbal)
Teknesium, Tc (Yunani: technetos = buatan)
Rutenium, Ru (Latin: Ruthenia = Rusia)
Rodium, Rh (Yunani: rhodos = merah jambu)
Paladium, Pd (Asteroid Pallas)
Perak, Ag (Latin: argentum = perak)
Kadmium, Cd (Kadmos, raja Thebe di Yunani)
Indium, In (Latin: indicum = nila)
Timah, Sn (Latin: stannum = timah)

Antimon, Sb (Yunani: stibi = cincin)
Telurium, Te (Latin: tellus = tanah)
Iodium, I (Yunani: iodes = ungu)
Xenon, Xe (Yunani: xenos = asing)
Sesium, Cs (Latin: caesius = biru)
Barium, Ba (Yunani: baros = berat)
Lantanum, La (Yunani: lanthanein = tercecer)
Serium, Ce (Asteroid Ceres)
Praseodimium, Pr (Yunani: praseos = hijau tua; dymos = kembar)
Neodimium, Nd (Yunani: neos = baru; dymos = kembar)

Prometium, Pm (Prometheos, tokoh mitos Yunani)
Samarium, Sm (Kolonel Samarski, ahli tambang Rusia)
Eropium, Eu (Benua Eropa)
Gadolinium, Gd (Johan Gadolin, 1760-1852, orang Finlandia)
Terbium, Tb (Ytterby, daerah di Swedia)
Disprosium, Dy (Yunani: dysprositos = sukar didapat)
Holmium, Ho (Latin: Holmia = Stockholm)
Erbium, Er (Ytterby, daerah di Swedia)
Tulium, Tm (Yunani: Thule = Swedia)
Iterbium, Yb (Ytterby, daerah di Swedia)

Lutetium, Lu (Latin: Lutetia = Paris)
Hafnium, Hf (Latin: Hafnia = Kopenhagen)
Tantalum, Ta (Tantalus, dewa Yunani)
Wolfram, W (Jerman: wolfram = batu berat)
Renium, Re (Latin: Rhenus = Sungai Rhine)
Osmium, Os (Yunani: osme = bau)
Iridium, Ir (Latin: iris = pelangi)
Platina, Pt (Spanyol: platina = perak kecil)
Emas, Au (Latin: aurora = fajar)
Raksa, Hg (Yunani: hydrargyre = air perak)

Talium, Tl (Yunani: thallos = hijau muda)
Timbal, Pb (Latin: plumbum = timbal)
Bismut, Bi (Arab: bismuth = cerah)
Polonium, Po (Latin: Polonia = Polandia)
Astatin, At (Yunani: astatos = tidak tetap)
Radon, Rn (Latin: radius = sinar)
Fransium, Fr (Perancis)
Radium, Ra (Latin: radius = sinar)
Aktinium, Ac (Yunani: aktis = sinar)
Torium, Th (Thor, dewa Skandinavia)

Protaktinium, Pa (Yunani: pertama menjadi aktinium)
Uranium, U (Planet Uranus)
Neptunium, Np (Planet Neptunus)
Plutonium, Pu (Planet Pluto)
Amerisium, Am (Benua Amerika)
Kurium, Cm (Marie Sklodowska Curie, 1867-1934)
Berkelium, Bk (Berkeley di Amerika Serikat)
Kalifornium, Cf (California di Amerika Serikat)
Einsteinium, Es (Albert Einstein, 1879-1955)
Fermium, Fm (Enrico Fermi, 1901-1954)

Mendelevium, Md (Dmitri Ivanovich Mendeleyef, 1834-1907)
Nobelium, No (Alfred Bernhard Nobel, 1833-1896)
Lawrensium, Lr (Ernest Orlando Lawrence, 1901-1958)
Ruterfordium, Rf (Ernest Rutherford, 1871-1937)
Dubnium, Db (Dubna di Rusia)
Seaborgium, Sg (Glenn Theodore Seaborg, 1912-1999)
Bohrium, Bh (Niels Henry David Bohr, 1885-1962)
Hassium, Hs (Hasse di Jerman)
Meitnerium, Mt (Lise Meitner, 1878-1968)
Darmstadtium, Ds (Darmstadt di Jerman)

Rontgenium, Rg (Wilhelm Konrad Rontgen, 1845-1923)

Catatan:
IUPAC menetapkan bahwa sejak unsur nomor atom 96, nama unsur mengabadikan nama ilmuwan atau nama tempat penelitian unsur.
Unsur-unsur ununbium (112, Uub), ununtrium (113, Uut), ununquadium (114, Uuq), ununpentium (115, Uup), dan ununhexium (116, Uuh) sudah berhasil disintesis, tapi belum diberi nama resmi oleh IUPAC.


UNSUR YANG PALING . . . .

Paling ringan: hidrogen (kerapatan 0,0009 kg/L)
Paling berat: osmium (22,57 kg/L)
Palng keras: karbon (dalam bentuk intan)
Paling banyak di jagat raya: hidrogen (75% massa jagat raya)
Paling banyak di bumi: besi (35% massa bumi)
Paling banyak di kulit bumi: oksigen (45% massa kulit bumi)
Paling mudah bereaksi: fluor
Paling sukar bereaksi: helium
Paling tinggi titik lelehnya: wolfram (3422 derajat C)
Paling bagus daya hantarnya: perak



KOMPOSISI ATMOSFER PLANET-PLANET

MERKURIUS: tidak mempunyai atmosfer
VENUS: 96% CO2; 3,5% N2; 0,4% Ar; 0,05% O2
B U M I: 78% N2; 21% O2; 0,93% Ar; 0,03% CO2
MARS: 95% CO2; 3% N2; 1,6% Ar; 0,2% O2
YUPITER: 90% H2; 10% He
SATURNUS: 97% H2; 3% He
URANUS: 83% H2; 15% He; 2% CH4
NEPTUNUS: 74% H2; 23% He; 3% CH4
PLUTO: tidak mempunyai atmosfer




ILMUWAN YANG BANYAK DISEBUT DALAM KIMIA

Arrhenius, Svante August (1859-1927), teori asam-basa
Avogadro, Amedeo (1776-1856), hipotesis Avogadro
Balmer, Johann Jakob (1825-1898), tingkat energi elektron
Bartlett, Neil (1932- ), pembuatan senyawa gas mulia
Becquerel, Antoine Henri (1852-1908), keradioaktifan
Berzelius, Jons Jakob (1779-1848), lambang unsur
Bessemer, Sir Henry (1813-1898), pembuatan baja
Bohr, Niels Henrik David (1885-1962), teori atom
Bosch, Karl (1874-1940), pembuatan amonia
Bronsted, Johannes Nicolaus (1879-1947), teori asam-basa
Brown, Robert (1773-1858), gerak Brown
Buchner, Eduard (1860-1917), alat praktikum
Bunsen, Robert Wilhelm Eberhard (1811-1899), alat praktikum
Cannizzaro, Stanislao (1826-1910), keadaan standar gas (STP)
Cavendish, Henry (1731-1810), penemu hidrogen
Chadwick, Sir James (1891-1974), penemu neutron
Curie, Marie Sklodowska (1867-1934), keradioaktifan
Dalton, John (1766-1844), teori atom
Daniell, John Frederick (1790-1845), sel elektrokimia
Davy, Sir Humphry (1778-1829), penemu elektrolisis
Dobereiner, Johann Wolfgang (1780-1849), sistem periodik
Dumas, Jean Baptiste Andre (1800-1884), sintesis organik
Erlenmeyer, Emil (1825-1904), alat praktikum kimia
Faraday, Michael (1791-1867), hukum elektrolisis
Fehling, Hermann (1812-1885), pereaksi untuk aldehida
Galvani, Luigi (1737-1798), sel elektrokimia
Gay-Lussac, Joseph Louis (1778-1850), hukum Gay-Lussac
Gibbs, Josiah Willard (1839-1903), energi bebas (G) dalam termodinamika
Grignard, Francois Auguste Victor (1871-1935), sintesis organik
Guldberg, Cato Maximilian (1836-1902), tetapan kesetimbangan
Haber, Fritz (1868-1934), pembuatan amonia
Hall, Charles Martin (1863-1914), pembuatan aluminium
Hess, Germain Henri (1802-1850), perubahan entalpi
Hund, Friedrich (1894-1968), aturan Hund
Joule, James Prescott (1818-1889), hukum kekekalan energi
Kekule, Friedrich August (1829-1896), penemu struktur benzena
Kelvin, Baron William Thomson (1824-1907), suhu mutlak
Kipp, Peter (1808-1864), alat praktikum
Kolbe, Adolf Wilhelm Hermann (1818-1884), sintesis organik
Krebs, Sir Hans Adolf (1900-1981), siklus Krebs dalam metabolisme
Lavoisier, Antoine Laurent (1743-1794), hukum kekekalan massa
Le Chatelier, Henri Louis (1850-1936), pergeseran kesetimbangan
Leclanche, Georges (1839-1882), sel batu batere
Lewis, Gilbert Newton (1875-1946), teori asam-basa dan ikatan kimia
London, Fritz Wolfgang (1900-1954), gaya antar molekul
Loschmidt, Johann Joseph (1821-1895), penemu bilangan Avogadro (L)
Lowry, Thomas Martin (1874-1936), teori asam-basa
Markovnikov, Vladimir (1838-1904), adisi ikatan rangkap
Marsden, Ernest (1889-1970), struktur atom
Mendeleyev, Dmitri Ivanovich (1834-1907), sistem periodik
Meyer, Julius Lothar (1830-1895), sistem periodik
Millikan, Robert Andrews (1868-1953), penemu harga muatan elektron
Mitscherlich, Eilhardt (1794-1863), pembuatan fosfor
Moissan, Ferdinand Henri (1852-1907), pembuatan fluor
Moseley, Henry Gwyn Jeffreys (1887-1915), penemu nomor atom
Newland, John Alexander Reina (1838-1898), sistem periodik
Pauli, Wolfgang (1900-1958), teori orbital dan bilangan kuantum
Pauling, Linus Carl (1901-1994), skala keelektronegatifan
Priestley, Joseph (1733-1804), penemu oksigen
Proust, Joseph Louis (1754-1826), hukum perbandingan tetap
Ramsay, Sir William (1852-1916), penemu gas mulia
Raoult, Francois Marie (1830-1901), sifat koligatif larutan
Rutherford, Sir Ernest (1871-1937), teori atom
Seaborg, Glenn Theodore (1912-1999), sintesis unsur-unsur transuranium
Solvay, Ernest (1838-1922), pembuatan asam nitrat
Sorensen, Soren Pieter Lennart (1868-1939), pencetus pH
Stoney, George Johnstone (1826-1911), pemberi nama “elektron”
Thomson, Sir Joseph John (1856-1940), penemu elektron
Tyndall, John (1820-1893), efek Tyndall
Van der Waals, Johannes Diderik (1837-1923), gaya antar molekul
Van’t Hoff, Jacobus Henrikus (1852-1911), sifat koligatif larutan
Volta, Alessandro Giuseppe (1745-1827), sel elektrokimia dan deret Volta
Waage, Peter (1833-1900), tetapan kesetimbangan
Williamson, Alexander (1824-1904), sintesis organik
Wohler, Friedrich (1800-1882), perintis kimia organik
Wurtz, Adolphe (1817-1884), sintesis organik


AWALAN YUNANI DAN LATIN

YUNANI-LATIN-ARTINYA

mono- uni- satu
di- bi- dua
tri- ter- tiga
tetra- quadri- empat
penta- quinti- lima
hexa- sexti- enam
hepta- septi- tujuh
octa- octi- delapan
nona- novi- sembilan
deca- deci- sepuluh
hemi- semi- setengah
hecto- centi- seratus
kilo- milli- seribu
poly- multi- banyak
pan- omni- semua
macro- maxi- besar
micro- mini- kecil
a- non- tidak
an- in-(un-) bukan
amphi- ambi- dua-duanya
iso- equi- sama
hyper- super- atas
hypo- sub- bawah
endo- intra- dalam
exo- extra- luar
ortho- cis- dekat
para- ultra- seberang
peri- circum- keliling
dia- trans- melalui
pra- pre- sebelum
meta- post- setelah
ana- pro- maju, pergi
cata- re- mundur, kembali
syn- co- bersama-sama
anti- contra- lawan
dis- de- hilang
hydro- aqua- air


AWALAN-AWALAN SATUAN

10(1) deka (da)
10(2) hekto (h)
10(3) kilo (k)
10(6) mega (M)
10(9) giga (G)
10(12) tera (T)
10(15) peta (P)
10(18) exa (E)
10(21) zetta (Z)
10(24) yotta (Y)

10(-1) deci (d)
10(-2) centi (c)
10(-3) milli (m)
10(-6) micro (m)
10(-9) nano (n)
10(-12) pico (p)
10(-15) femto (f)
10(-18) atto (a)
10(-21) zepto (z)
10(-24) yocto (y)



TETAPAN FUNDAMENTAL

Kecepatan cahaya = 299 792 458 m s(-1)
Percepatan gravitasi = 9,806 650 m s(-2)
Volume molar gas STP = 22,414 10 L mol(-1)
Tetapan gas = 8,314 510 J K(-1) mol(-1)
= 1,987 216 kal K(-1) mol(-1)
= 0,082 050 L atm K(-1) mol(-1)
Tetapan Planck = 6,626 075 x 10(-34) J s
Tetapan Avogadro = 6,022 529 x 10(23) mol(-1)
Tetapan Faraday = 9,648 705 x 10(4) C mol(-1)
Muatan elektron = 1,602 177 x 10(-19) C
Massa elektron = 9,109 390 x 10(-31) kg
Massa proton = 1,672 623 x 10(-27) kg
Massa neutron = 1,674 928 x 10(-27) kg
Satuan massa atom (sma) = 1,660 540 x 10(-27) kg




ISTILAH SAINS BAHASA MALAYSIA


U M U M

ais = es
arangbatu = batubara
aras = level
aturcara = program
bahan api = bahan bakar
bekas = wadah
cecair = cairan
cekap = efisien
corak = pola
denyut = pulsa
enjin = mesin
geganti = relay
getah = karet
isipadu = volume
jangkasuhu = termometer
jirim = materi, zat
jisim = massa
kawalan = kontrol
keamatan = intensitas
kebuk = kamar, chamber
kecekapan = efisiensi
kejituan = akurasi, ketepatan
kejuruteraan = rekayasa, engineering
keratan = penampang
kesan = pengaruh
ketuhar = oven
ketulenan = kemurnian
kitar = daur, siklus
makmal = laboratorium
pam = pompa
pengesan = detektor
penggalak = booster
pengkhususan = spesialisasi
penjana = generator
penjerapan = adsorpsi
penukarganti = exchanger
penulenan = pemurnian
penurasan = penyaringan, filtrasi
penyejatan = penguapan
penyejuk = pendingin
penyerapan = absorpsi
pepejal = zat padat
piawai = standar
radas = peralatan
relau = tanur
saat = detik
salingtindak = interaksi
selanjar = kontinyu, sinambung
semulajadi = alamiah
sesungut = antena
taburan = distribusi
takat lebur = titik lebur
takat didih = titik didih
takrif = definisi
talian hantaran = jaringan transmisi
tentukuran = kalibrasi
tiub = tabung
tulen = murni
turas = saring
ubahsuai = konversi
udarakasa = atmosfer


K I M I A

agen pengoksidaan = zat pengoksidasi
agen penurunan = zat pereduksi
air liat = air sadah
ampaian = suspensi
asid amino perlu = asam amino esensial
bes = basa
campuran mesra = campuran homogen
campuran tak sekata = campuran heterogen
formula am = rumus umum
formula mudah = rumus empiris
gangsa = perunggu
gas adi = gas mulia
gas asli = gas alam
gas unggul = gas ideal
gelang benzena = cincin benzena
getah tiruan = karet sintetis
haba = kalor
haba tindakbalas = kalor reaksi
hasil darab keterlarutan = hasil kali kelarutan
hukum keabadian jisim = hukum kekekalan massa
jadual berkala = sistem periodik
kadar tindakbalas = laju reaksi
kakisan = korosi
keluli = baja
kepekatan = konsentrasi
kesan ion sepunya = pengaruh ion sejenis
kontang = anhidrat
kumpulan alkali bumi = golongan alkali tanah
larutan muak (tepu) = larutan jenuh
loyang = kuningan
mangkin = katalis
nombor pengoksidaan = bilangan oksidasi
pemendakan = pengendapan
pempolimeran penambahan = polimerisasi adisi
penapaian = peragian, fermentasi
penceraian = penguraian, disosiasi
pengimbangan tindakbalas = penyetaraan reaksi
penimbal = penyangga, buffer
penukargantian = substitusi
penunjuk = indikator
penunu Bunsen = pembakar Bunsen
penurunan = reduksi
penyingkiran = eliminasi
penyiringan = dekantasi
perendahan takat beku = penurunan titik beku
sebatian = senyawa
sebatian berkutub = senyawa polar
tatarajah elekron = konfigurasi elektron
tepu, muak = jenuh
tertib tindakbalas = orde reaksi
teruja = tereksitasi
tindakbalas = reaksi
unsur peralihan = unsur transisi
unsur wakilan = unsur utama
zarah asas = partikel dasar


F I S I K A

aruhan = induksi
arus penghijrahan = arus migrasi
arus terus = arus searah
arus ulangalik = arus bolak-balik
belahan = fisi
belauan = difraksi
bendalir = fluida
beza keupayaan = beda potensial
biasan = refraksi
cas = muatan
cas nukleus = muatan inti
daya emparan = gaya sentrifugal
daya memusat = gaya sentripetal
fius = sekering
fizik = fisika
gegelung = kumparan
geseran = gesekan
halaju = kecepatan
imej maya = bayangan maya
imej sahih = bayangan real
jarak gelombang = panjang gelombang
jisim genting = massa kritis
kanta = lensa
kelikatan = viskositas
ketelapan = permeabilitas
ketermampatan = kompresibilitas
ketertempaan = maleabilitas
ketumpatan = densiti, kerapatan
keupayaan = potensial
lekatan = adhesi
lekitan = kohesi
litar = sirkuit
litar bersepadu = integrated circuit
muatan = kapasitas
nyahcas = discharge
pecutan = percepatan, akselerasi
pegun = stasioner
pelakuran = fusi
pembauran = difusi
pembedilan nukleus = penembakan inti
pemecut = akselerator
pemejalwapan = sublimasi
pemencil = isolator
penebat = insulator
pengutuban = polarisasi
pereputan = peluruhan
perlanggaran = tumbukan, kolisi
pirau = shunt
rerambut = kapiler
rintangan = tahanan
setengah hayat = waktu paruh
sifar mutlak = nol absolut
sinaran = radiasi
suis = switch
takat genting = titik kritis
tenaga keupayaan = energi potensial
tenaga penambatan = energi ikat


MATEMATIKA

amaun = jumlah
arka = busur
berkadar terus = berbanding lurus
berkadar songsang = berbanding terbalik
cerun = slope
darab = kali (x)
gambar rajah = diagram
garis pusat = garis tengah, diameter
geraf = grafik
julat = range
kecerunan = gradien
keluk = kurva
kuasa = pangkat, eksponen
nisbah = perbandingan
nombor perdana = bilangan prima
paksi = sumbu
pekali = koefisien
pemalar = tetapan, konstanta
pembilang = pencacah, counter
pengangka = pembilang, numerator
pengiraan = perhitungan
peratus = persen (%)
punca = akar
punca kuasa dua = akar pangkat dua
purata = rata-rata
rawak = random, acak
selari = sejajar
siri = deret
sisihan = deviasi
songsangan = inversi
terbitan = turunan
tolak = kurang (-)


BIOLOGI

debunga = serbuk sari
faraj = kelamin
gentian = serabut
germa = kecambah
jasad = badan
maging = karnivora
otot jalur = otot lurik
otot licin = otot polos
pembahagian sel = pembelahan sel
peparu = paru-paru
perkumuhan = ekskresi
permanian = inseminasi
perumah = inang
pundi kencing = kandung kemih
rawan = tulang rawan
salur = saluran
sel mengecut = sel kontraktiltisu = jaringan



BEBERAPA MNEMONIC DALAM ILMU KIMIA DAN ILMU-ILMU LAINNYA

L E O = lost of electron: oxidation.
An ox, red cat = anode-oxidation, reduction-cathode (electrodes reactions).
Sphere, peanut, double peanuts, flower = s p d f (subshells in atom).
Only silly alumnus in college study past midnight = oxygen, silicon, aluminium, iron, calcium, sodium, potassium, magnesium (most abundant elements in earth’s crust).
He neatly arranges Kremlin executive ranks = helium, neon, argon, kripton, xenon, radon (noble gases).
These ten valuable acids have long preserved life in mankind = threonine, tryptophan, valine, arginine, histidine, lysine, phenylalanine, leucine, isoleucine, methionine (essensial amino acids).
Oh mom, such good apple pie, sweet as sugar = oxalate, malonate, succinate, glutarate, adipate, pimelate, suberate, azelate, sebacate (dicarboxylic acids).

We guarantee certainty, clearly referring to this right sentence (velocity of light = 299 792 458 m/s).
It enables a commoner to memorize a quantity (e = 2,7182818).
Yes, I have a number = 3,1416 (pi in 5 digits).
How I wish I could recollect pi easily today = 3,1415 9265 (pi in 9 digits).

Sir, I send a rhyme assisting
In sacred truth and right spelling
Numerical sprites endeavour
See it and remember ever
(3,1415 92653 58979 32394 = pi in 20 digits)

Better get ready while your mistress come back: blue + green + red = white; yellow + magenta + cyan = black (mix of colors).
Richard of York gained battles in vain = red, orange, yellow, green, blue, indigo, violet (colors of spectra).

King Philip came over from glorious Scotland = kingdom, phylum, class, ordo, family, genus, species (biological taxonomy).
Perth Melbourne Adelaide Tasmania = prophase, metaphase, anaphase, telephase (cell division).

Oh, be a fine girl. Kiss me right now sweetheart = O B A F G K M R N S (type of stars).
My very efficient memory just sums up nine planets = Mercury, Venus, Earth, Mars, Jupiter, Saturn, Uranus, Neptune, Pluto (planets in the solar system).

Put egg on my plate, please honey = palaeocene, eocene, oligocene, miocene, pliocene, pleistocene, holocene (cenozoic periods in geology).
Camels often sit down carefully, perhaps their joints creak = cambrian, ordovician, silurian, devonian, carboniferous, permian, triassic, jurassic, cretaceous (geological times).

Mnemonic Bahasa Indonesia

Memang vetsin bumbu masak yang sudah umum nyonya pakai (Mama Vera bukan main yahudnya, sayang udah nyaris pikun) = Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto.

Mau jadi koboi harus bisa naik unta = merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu.
Ia menyirami setangkai kembang lembayung di sisi kebun binatang = 299 792 458 (kecepatan cahaya dalam m/s).

Lihat nanti kami rubah sistem periodik (Libur naik kuda Rabu Kamis prei; Lina kawin Rubi cs frustrasi) = Li, Na, K, Rb, Cs, Fr (unsur-unsur golongan IA).
Besok Minggu Karang Setra bakal rame (Besok Minggu ka Soreang bawa randa; Beol Mang Kasim sering bau racun) = Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra (golongan IIA).
Bang Ali ganteng intelek (Belagak intel; Bombay alamat gadis India teler) = B, Al, Ga, In, Tl (golongan IIIA).
Cewek seksi genit senang playboy (Cium sedikit gemes, sun pun boleh) = C, Si, Ge, Sn, Pb (golongan IVA).
Neng Popi asyik sambung bibir = N, P, As, Sb, Bi (golongan VA).
Orang salah selalu tertangkap polisi (Orang sinting senang telanjang polos) = O, S, Se, Te, Po (golongan VIA).
Fredi kolor biru ikut atletik (Fredi kolor beureum ih ateul) = F, Cl, Br, I, At (golongan VIIA).
Heboh negeri Arab karena sex randa = He, Ne, Ar, Kr, Xe, Rn (golongan VIIIA).
Bencong seksi asoi telanjang bulat = B, Si, As, Te, At (batas logam/nonlogam).
SCTV cari Mang Feri cowoknya Nita cukup zantan! = Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn (unsur-unsur transisi perioda ke-4).

17-8-45 = Luas Indonesia: utara-selatan 17 derajat (6 North – 11 South), barat-timur seperdelapan keliling bumi atau 45 derajat (96 – 141 East).


BEBERAPA PUISI KIMIA


A T O M

An atom is invisible, much tinier than a minute
Yet atoms make up the world and everything in it
A cloud of electrons so swift and intense
Surrounding a nucleus tiny and dense
Deep down at the center of it all
A nucleus—extremely very small


M O L E

A mole is a particular amount
Of substance in its formula weight
Expressed in grams with Avogadro’s count
Of units making up the aggregate

A mole is a specific quantity
Its volume measures twenty-two point four
In liters for a gas at STP
A mole is a counting unit, nothing more



p H

For coffee it’s five and for tomatoes it’s four
While household ammonia’s eleven or more
It’s seven for water if in a pure state
But rainwater’s six and seawater’s eight
It’s basic at ten, quite acidic at two
And well above seven when litmus turns blue



C a C O 3

The Taj Mahal in its solemn majesty
Gibraltar’s famous rock with stability
Australia’s Barrier Reef that spans the Coral sea
The Roman Colosseum with its savage history
The enigmatic Pyramids enduring silently
The formula, in every case, is CaCO3


S A L T

If a soluble salt you wish to provide
You firstly on the acid must settle
Then neutralize with the proper oxide
Hydroxide, carbonate or metal

But if the salt does not dissolve
A simpler means you must try
Precipitate it, you resolve
Then filter it, wash and dry



I’M ELECTRON

I’m a jolly electron, alternately bound and free
Spin from morning to night although you can’t see
And this the burden song forever used to be
I care for nobody since nobody cares for me

Though William Crookes suspected my presence on this earth
It was J.J.Thomson that found me in spite of my tiny girth
He measured the ‘e by m’ of my electric worth
I love J.J. in a filial way for he’d given me birth

Johnstone Stoney invented my new electric name
Ernest Rutherford and Niels Bohr then brought me fame
They guessed within the atom my inner and outer game
You’ll agree what they did for me, I’ll do it for them the same