Tuntunan Shalat `Id
Dirangkum oleh
IRFAN ANSHORY
TAK TERASA Idul Fitri kembali di ambang pintu. Meskipun ibadah shalat `id setiap tahun selalu kita lakukan, ada baiknya kita rangkum kembali tuntunan shalat `id yang diajarkan oleh Junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w.
(1) Shalat Idul Fitri dilakukan setelah matahari berketinggian dua penggalah (sekitar pukul 7.00), berbeda dengan shalat Idul Adha yang waktunya lebih awal ketika matahari meninggi satu penggalah (sekitar pukul 6.30).
(2) Shalat `id diselenggarakan di lapangan, bukan di mesjid. Rasulullah s.a.w. shalat `id di lapangan yang jaraknya 1000 dzira’ (612 meter) dari Masjid Nabawi. Hanya satu kali beliau shalat `id di mesjid, yaitu tanggal 1 Syawal 7 H (1 Februari 629 M), karena hari hujan.
(3) Shalat `id dikerjakan dua rakaat secara berjamaah, tanpa azan dan qamat, dan tanpa shalat sunnat baik sebelum maupun sesudahnya.
(4) Pada rakaat pertama, sesudah takbiratul-ihram, bertakbirlah tujuh kali, dan pada rakaat kedua, sesudah takbiratul-qiyam (intiqal), bertakbirlah lima kali. Pada semua takbir itu kedua tangan diangkat setentang telinga sebagaimana lazimnya. Tidak ada tuntunan Nabi s.a.w. tentang bacaan di sela takbir-takbir tersebut.
(5) Ketika menjadi imam shalat `id, Rasulullah s.a.w. sering membaca ayat Surat al-A`la (87) pada rakaat pertama dan Surat al-Ghasyiyah (88) pada rakaat kedua. Beliau juga pernah membaca ayat Surat Qaf (50) pada rakaat pertama dan Surat al-Qamar (54) pada rakaat kedua.
(6) Sesudah shalat `id, imam langsung berkhutbah satu kali, yaitu tidak diselingi duduk antara dua khutbah. Khutbah dimulai dengan tahmid sebagaimana lazimnya, bukan dengan takbir. Bagian-bagian khutbah barulah diselingi dengan takbir.
Akhirnya, sebaiknya kita melakukan beberapa sunnah Rasulullah s.a.w. sebagai berikut:
(1) Perbanyaklah takbir pada malam Idul Fitri, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, sejak terbenam matahari sampai pagi hari ketika shalat `id segera dimulai.
(2) Pada pelaksanaan shalat `id Rasulullah s.a.w. selalu berhias, memakai pakaian bagus dan wangi-wangian.
(3) Rasulullah s.a.w. makan pagi atau sarapan sebelum shalat Idul Fitri. (Ketika Idul Adha, justru beliau makan sesudah shalat `id.)
(4) Pulang dari shalat `id Rasulullah s.a.w. selalu melewati jalan lain dari yang beliau lewati ketika pergi.
(5) Anak-anak dan wanita haid dianjurkan oleh Rasulullah s.a.w. untuk berkumpul di lapangan. Tentu mereka tidak ikut shalat `id, tetapi hanya ikut mendengarkan khutbah.***
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home