Renungan Gerhana
28 AGUSTUS 2007
oleh
IRFAN ANSHORY
GERHANA merupakan fenomena alam yang berkaitan dengan peredaran bulan dan peredaran bumi. Bulan senantiasa bertawaf mengelilingi bumi, lalu bumi dan bulan sebagai satu kesatuan senantiasa bertawaf mengelilingi matahari sebagai pusat tatasurya kita. Pada suatu saat, bumi terletak satu garis lurus di antara bulan dan matahari, sehingga bulan tertutup oleh bayangan bumi, ada kalanya tertutup total dan lebih sering tertutup sebagian. Itulah gerhana bulan, yang dalam bahasa Arab disebut khusuf (dari kata kerja khasafa yang artinya “tenggelam, menghilang”). Pada saat yang lain, bulan terletak satu garis lurus di antara bumi dan matahari, sehingga cahaya matahari ke bumi terhalang oleh bulan, ada kalanya terhalang total dan lebih sering terhalang sebagian. Itulah gerhana matahari, yang dalam bahasa Arab disebut kusuf (dari kata kerja kasafa yang artinya “menjadi gelap”).
Gerhana bulan (khusuf) selalu terjadi pada saat purnama, dan gerhana matahari (kusuf) selalu terjadi pada akhir bulan qamariyah. Gerhana bulan terlihat pada daerah yang cukup luas, sedangkan gerhana matahari cuma terlihat pada daerah yang sangat terbatas. Setiap tahun rata-rata terjadi dua kali gerhana bulan dan dua kali gerhana matahari, umumnya gerhana sebagian. Hanya saja tidak semua kawasan di muka bumi dapat menyaksikan setiap gerhana.
Yang langka terjadi adalah gerhana matahari total. Memang terjadi setiap dasawarsa, tetapi untuk kawasan tertentu cuma terlihat sekali dalam beberapa abad. Gerhana matahari total merupakan fenomena alam yang sangat spektakuler. Jarak bumi-matahari (150 juta km) = 400 kali jarak bumi-bulan (375 ribu km), sedangkan diameter matahari (1.393.200 km) = 400 kali diameter bulan (3475 km). Akibatnya, matahari dan bulan membentuk sudut pandang yang persis sama, sehingga bulan persis menutupi matahari, seolah-olah sama besar jika dilihat dari bumi. Inilah salah satu keteraturan ciptaan Allah yang diterangkan dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rahman ayat 5: Asy-syamsu wa l-qamaru bi husbaan (“Matahari dan bulan kedua-duanya dengan perhitungan”). Artinya, Allah telah mengatur ukuran, jarak, dan garis edar matahari dan bulan dengan sangat harmonis.
Shalat Gerhana
Di zaman purba, sebelum ilmu pengetahuan berkembang, masyarakat primitif menganggap peristiwa gerhana sebagai tanda kemurkaan para dewa atau akibat ulah ruh-ruh jahat yang mencoba menelan bulan atau matahari. Maka untuk menebus kemarahan para dewa atau mengusir ruh-ruh jahat, mereka membuat berbagai sesaji atau mengerjakan hal-hal yang aneh, seperti memukul kentongan, bersembunyi di kolong ranjang, ibu yang sedang hamil harus mandi tengah malam, dan sebagainya.
Pada tanggal 30 Shafar 9 Hijri (5 Juli 631 Masehi), putra Nabi Muhammad s.a.w. yang bernama Ibrahim dan baru berusia 70 hari meninggal dunia. Tiba-tiba pada siang itu terjadi gerhana matahari total. Para penduduk Madinah segera menghubungkan gerhana itu dengan wafatnya Ibrahim. Mendengar hal itu, Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: Inna sy-syamsa wa l-qamara aayataani min aayaati l-Laah. Laa yakhsifaani li mauti ahadin wa laa li hayaatih. Fa idzaa ra’aytumuu humaa fa d`u l-Laaha wa shalluu. (“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua ayat dari ayat-ayat Allah. Tidaklah mereka gerhana lantaran kematian ataupun kehidupan seseorang. Jika menyaksikan kedua gerhana itu, maka serulah nama Allah dan shalatlah kalian.”) Pada hadits yang lain ada tambahan wa tashaddaquu (“bersedekahlah kalian”).
Kemudian Rasulullah s.a.w. mengajak umat beliau untuk bertakbir mengagungkan nama Allah, lalu beliau memimpin shalat gerhana, sekaligus mencontohkan tatacaranya, yaitu dua raka`at dengan empat ruku` dan empat sujud. Setelah selesai shalat, Rasulullah s.a.w. memberikan khutbah yang menerangkan bahwa fenomena alam adalah ayat-ayat Allah dan jangan sampai umat beliau tergelincir kepada kemusyrikan dan kebodohan. Dalam khutbah shalat gerhana itu, Rasulullah s.a.w. mengutip Firman Allah dalam Surat Fushshilat ayat 37: Wa min aayaatihi l-lailu wa n-nahaaru wa sy-syamsu wa l-qamar. Laa tasjuduu li sy-syamsi wa laa li l-qamar. Wasjuduu li l-Laahi l-ladzii khalaqa hunna in kuntum iyyaahu ta`buduun. (“Dan sebagian dari ayat-ayat-Nya adalah malam dan siang, serta matahari dan bulan. Janganlah kalian menyembah matahari, dan jangan pula menyembah bulan, tetapi menyembahlah kalian kepada Allah yang telah menciptakan mereka, jika kalian benar-benar hanya kepada-Nya mengabdi.”)
Luasnya Alam Semesta
Peristiwa gerhana menimbulkan stimulasi bagi kita untuk menafakkuri atau merenungi ayat-ayat Allah di jagad raya. Pertanyaan yang sering timbul dalam benak kita adalah, antara lain, seberapa luaskah alam semesta, serta sudah berapa lamakah usia jagad raya ciptaan Allah ini?
Alam Semesta (The Universe) yang diketahui manusia tersusun dari puluhan ADIGUGUS (SUPERKLUSTER), antara lain (sekadar menyebut beberapa nama) Adigugus Virgo, Adigugus Hydra, Adigugus Perseus, Adigugus Opiuchus, Adigugus Hercules.
Kita berada dalam ADIGUGUS VIRGO, yang berdiameter 100 juta tahun-cahaya (satu tahun-cahaya = 9 460 500 000 000 km atau hampir 10 triliun km!) dan meliputi ratusan GUGUS (KLUSTER), antara lain Gugus Lokal, Gugus Centaurus, Gugus Fornax, Gugus Puppis, Gugus Coma.
Kita berada dalam GUGUS LOKAL, yang berdiameter tiga juta tahun-cahaya dan meliputi sekitar 30-an GALAKSI, antara lain Galaksi Bimasakti (Milky Way), Galaksi Andromeda, Galaksi Awan Magellan, Galaksi Sagittarius, Galaksi Triangulum.
Kita berada dalam GALAKSI BIMASAKTI, galaksi spiral berdiameter 120 ribu tahun-cahaya dan terdiri atas 100 miliar bintang. Satu butir dari 100 miliar bintang di Galaksi Bimasakti itu bernama MATAHARI, yang menempati lengan Orion dan terletak 28 ribu tahun-cahaya dari pusat galaksi, bertawaf mengelilingi pusat galaksi dengan kecepatan 225 km per detik, sehingga sekali keliling memerlukan waktu 250 juta tahun.
Bintang-bintang tetangga Matahari di lengan Orion antara lain Alpha Centauri (bintang terdekat yang jauhnya 4,3 tahun-cahaya atau lebih dari 40 triliun km!), Barnard (6 tahun-cahaya), Sirius (8,7 tahun-cahaya), Altair (16 tahun-cahaya), Vega (25 tahun-cahaya), Capella (41 tahun-cahaya), Aldebaran (60 tahun-cahaya), Betelguese (500 tahun-cahaya), Rigel (815 tahun-cahaya). Selain Alpha Centauri dan Barnard, semua nama bintang yang disebutkan di atas berasal dari bahasa Arab.
Matahari berdiameter 1.393.200 km, memiliki pengikut 8 planet besar, 3 planet kecil, 166 bulan (data sampai Agustus 2007 dan diperkirakan terus akan bertambah) serta ribuan asteroid, meteorid dan komet. Planet-planet besar milik matahari adalah Merkurius, Venus (Kejora), Bumi (memiliki 1 bulan), Mars (2 bulan), Yupiter (63 bulan), Saturnus (56 bulan), Uranus (27 bulan), dan Neptunus (13 bulan). Ada juga tiga planet kecil, yaitu Ceres, Pluto (3 bulan), dan Eris (1 bulan).
BUMI kita yang kecil mungil ini berdiameter 12.756 km dengan keliling khatulistiwa 40.000 km, terletak 150 juta km (delapan menit-cahaya) dari matahari, bertawaf mengelilingi matahari dengan kecepatan 30 km per detik, sehingga sekali keliling memerlukan waktu 365,25 hari (satu tahun).
Matahari kita merupakan “gas raksasa” yang tersusun dari hidrogen dan helium. Setiap detik, 657 juta ton hidrogen diubah menjadi 653 juta ton helium. Empat juta ton massa yang hilang berubah menjadi energi, sesuai dengan Hukum Einstein, berupa sinar yang terpancar ke segenap penjuru tatasurya. Bumi kita hanya menerima seperdua miliar bagian dari total cahaya matahari, dan sebagian besar energi matahari yang sampai ke bumi itu belum dimanfaatkan oleh manusia.
Usia Alam Semesta
Kini telah diketahui oleh para ilmuwan bahwa alam semesta tercipta melalui peristiwa Big Bang (Dentuman Akbar). Bilakah peristiwa Big Bang itu terjadi? Atau, berapakah usia alam semesta sekarang? Untuk menjawabnya kita perlu menggunakan Tetapan Hubble (H), yaitu kecepatan galaksi-galaksi saling menjauh: 70 kilometer per detik per megaparsec. Satu megaparsec adalah 3,26 juta tahun-cahaya. Artinya galaksi-galaksi dengan jarak 3,26 juta tahun-cahaya saling menjauh dengan kecepatan 70 km/detik. Oleh karena kecepatan cahaya 300.000 km/detik, dan waktu adalah jarak dibagi kecepatan (jika Anda mengendarai mobil sejauh 300 km dengan kecepatan 60 km/jam, waktu yang Anda perlukan adalah 5 jam), maka usia alam semesta = 3,26 juta dikali 300.000 lalu dibagi 70, yaitu 13 970 000 000 tahun atau sekitar 14 miliar tahun.
Prof. Dr. Carl Sagan dari Universitas Cornell, dalam bukunya yang cukup populer, The Dragons of Eden (Random House, New York, 1977, cetak ulang 2006), mengemukakan bahwa jika sekiranya usia alam semesta kita kompres menjadi satu tahun cosmic year, maka
penciptaan alam semesta berlangsung tanggal 1 Januari,
galaksi Bimasakti baru terbentuk tanggal 1 Mei,
tatasurya kita muncul tanggal 9 September,
bumi kita yang kecil ini baru ada tanggal 14 September,
makhluk hidup pertama berupa mikroorganisme eksis tanggal 9 Oktober,
zaman dinosaurus berlangsung dari 24 sampai 28 Desember,
manusia baru tampil ke pentas sejarah pada tanggal 31 Desember pukul 23.00,
dan Nabi Isa Al-Masih a.s. lahir empat detik yang lalu.
Setelah kita menelusuri usia alam semesta, masihkah kita akan menunda-nunda untuk mengisi hidup yang sangat singkat ini dengan fastabiqu l-khairat, “berlomba-lomba berbuat kebajikan”? Setelah kita memahami bahwa bumi hanyalah sebutir pasir di jagad raya, akan sebesar debu apakah gerangan amal shaleh yang nanti kita banggakan di hadapan Allah lalu dengan tidak tahu malu menuntut surga-Nya sebagai ganti? Siapakah yang tidak akan tunduk bersujud di hadapan keagungan Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang sambil memohon ampun agar dibebaskan dari azab neraka-Nya?***